Analisis Puisi:
Beberapa hal menarik dalam puisi "Indonesia, Aku Masih Tetap Mencintaimu" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebagai berikut:
- Cinta dan rasa bangga terhadap Indonesia: Puisi ini mencerminkan perasaan cinta dan kebanggaan penyair terhadap tanah airnya, Indonesia. Penyair mengungkapkan cintanya yang suci dan murni terhadap Indonesia, dengan perbandingan yang kuat antara mencium kening Indonesia seperti mencium kening istri. Hal ini menunjukkan rasa keterikatan emosional yang kuat terhadap negara dan rakyatnya.
- Kesedihan dan keprihatinan atas kondisi Indonesia: Puisi ini juga mengungkapkan rasa sedih dan keprihatinan penyair terhadap kondisi Indonesia. Penyair menyuarakan pertanyaan atas air mata, rintihan, dan tangisan Indonesia. Ia menyiratkan bahwa tangisan tersebut mungkin disebabkan oleh penderitaan dan ketidakadilan yang terjadi di negara tersebut, seperti kerusakan hutan, hutang negara, kenaikan harga, dan pengaruh luar yang merugikan.
- Kesetiaan dan penolakan terhadap pengaruh negatif: Puisi ini mencerminkan kesetiaan penyair terhadap Indonesia dengan menunjukkan penolakan terhadap pengaruh negatif dari luar. Penyair menyiratkan bahwa meskipun orang-orang lain membeli dolar Amerika dan memilih mata uang asing, ia tetap mempertahankan tabungannya dalam rupiah sebagai bentuk dukungan dan kesetiaannya terhadap negara.
Puisi ini mencerminkan perasaan cinta, keprihatinan, kesetiaan, dan kebanggaan terhadap Indonesia. Dengan menggunakan perbandingan yang kuat dan bahasa yang tajam, puisi ini menggambarkan hubungan yang kompleks antara penyair dan negaranya, serta pengaruh dan tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai sebuah bangsa.
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda
Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
- Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
- Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.