Puisi: Menjelang Petang (Karya Beni Setia)

Puisi "Menjelang Petang" karya Beni Setia menggambarkan keindahan alam dan merenungkan perubahan serta kebijaksanaan alam yang menuntun kita ...
Menjelang Petang

Kadang-kadang jalan berliku di lembah mengapungkan
suara cerecah ban, deru mesin, bunyi tuter, serta telau
sunyi. Lalu burung-burung yang dibimbing insting bikin
sarang dengan saling memanggil dari pohon yang beda.
Tanda penghujan mau menulis pangkal kemarau, seiring
biji rumput terakhir kian matang dan bersiap-siap akan
meloncat bersama kesiur angin. menyelinap. Menunggu
hujan terakhir - atau eksekusi ayam dan burung-burung
liar. Pas saat matahari memindahkan bayangan rerimbun
sawo, di antara derak langkah resah domba dari kandang,
pas sebelum bunyi semburan air dari selongsong jantani
dua bocah yang terus mengunyah umbut rumput. Di situ,
gunung biru teduh itu, berkata, "kami mengajari magma
untuk menahan amarah, berzikir memekatkan sabar, dan
tawakal menunggu isyarat ..."
Indonesia berhati-hatilah!

Analisis Puisi:

Puisi "Menjelang Petang" karya Beni Setia merupakan sebuah perenungan yang mendalam tentang alam, waktu, dan perubahan.

Deskripsi Alam: Puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana alam yang khas menjelang petang. Gambaran jalan berliku di lembah, suara alam seperti deru mesin, bunyi burung, serta tanda-tanda alam seperti biji rumput yang matang dan angin yang berdesir memberikan latar belakang yang hidup dan kaya akan detail.

Transisi Waktu: Puisi ini menyoroti transisi waktu, khususnya perubahan dari siang ke petang. Petang menjadi momen yang menentukan, di mana segala sesuatu bersiap untuk perubahan. Tanda-tanda alam seperti penghujan yang akan datang dan kesiur angin menandakan perubahan alam yang mendekati.

Simbolisme Gunung: Gunung yang disebutkan dalam puisi memiliki makna simbolis yang dalam. Gunung sering kali dianggap sebagai simbol ketenangan, kekuatan, dan kebijaksanaan. Pernyataan gunung tentang mengajari magma untuk menahan amarah, memekatkan sabar, dan tawakal menunggu isyarat menggambarkan kebijaksanaan alam yang bijak.

Panggilan untuk Kehati-hatian: Puisi ini ditutup dengan sebuah panggilan untuk Indonesia untuk berhati-hati. Hal ini mungkin merujuk pada perlunya menjaga alam dan menyesuaikan diri dengan perubahan alam yang tak terhindarkan.

Dengan demikian, puisi "Menjelang Petang" karya Beni Setia adalah sebuah puisi yang menggambarkan keindahan alam dan merenungkan perubahan serta kebijaksanaan alam yang menuntun kita melalui waktu. Melalui gambaran alam yang kuat dan simbolisme yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan pentingnya kehati-hatian dalam menghadapi perubahan.

Beni Setia
Puisi: Menjelang Petang
Karya: Beni Setia

Biodata Beni Setia:
  • Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.