Puisi: Perjalanan Burung (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Perjalanan Burung" karya Ahmadun Yosi Herfanda menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehidupan dan kematian, serta perjuangan untuk ...
Perjalanan Burung

Ketika burung itu akhirnya
mati juga di sangkarnya
apa yang mesti kukatakan padamu
(seseorang telah menembaknya
ketika senja tiba)

Aku tak bisa lagi berbohong padamu
dengan niat menghibur sekalipun
kita saatnya berkata sejujurnya
burung-burung tak bisa lagi merdeka
bernyanyi dan tertawa di antara kita.

Ketika burung itu akhirnya
tertembak juga oleh pemburunya
tinggal sekarang diri kita
menunggu peluru sang nasib
merenggut jiwa yang luka.

1991

Sumber: Sembahyang Rumputan (1996)

Analisis Puisi:

Puisi "Perjalanan Burung" karya Ahmadun Yosi Herfanda menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehidupan dan kematian, serta perjuangan untuk kebebasan.

Simbolisme Burung: Burung dalam puisi sering kali menjadi simbol kebebasan, keanggunan, dan kehidupan yang indah. Namun, di sini burung juga mewakili kerentanan dan kelemahan di hadapan ancaman yang tak terduga.

Kematian dan Kekejaman: Puisi menggambarkan kematian burung dengan nada yang mengejutkan dan tragis. Pemburuan burung di saat senja menyoroti kekejaman dan ketidakadilan dalam dunia di mana makhluk hidup rentan terhadap kekerasan manusia.

Ketidakmampuan untuk Berbohong: Penyair menyatakan ketidakmampuannya untuk berbohong tentang realitas yang pahit. Kematian burung menjadi sebuah kebenaran yang tak terelakkan, dan tidak ada cara untuk menghibur atau menyembunyikan fakta tersebut.

Kesadaran tentang Kebenaran: Puisi ini menegaskan pentingnya kejujuran dan kesadaran atas keadaan yang sebenarnya. Bahkan jika kebenaran itu menyakitkan, tidak ada manfaat dalam mengelak atau mengaburkan fakta-fakta yang ada.

Kekosongan dan Kehampaan: Kematian burung menciptakan perasaan kekosongan dan kehilangan dalam diri penyair, serta kesadaran akan kerentanan eksistensi manusia. Kehidupan yang dulu penuh warna dan kebebasan kini menjadi kehampaan dan kehilangan.

Nasib yang Tak Terelakkan: Penggambaran peluru nasib yang datang untuk merenggut jiwa yang luka menyoroti ketidakpastian dan ketidaktahuan manusia akan takdirnya sendiri. Nasib tidak selalu adil dan bisa datang tiba-tiba, seperti peluru yang menembus burung.

Dengan demikian, puisi "Perjalanan Burung" adalah sebuah puisi yang menyentuh tentang kematian, kehilangan, dan kekejaman dalam kehidupan, serta pentingnya menghadapi kenyataan dengan kejujuran dan kesadaran akan ketidakpastian nasib manusia.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Perjalanan Burung
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.