Analisis Puisi:
Puisi "Pledoi bagi Kucing" karya Beni Setia mengangkat isu perlakuan terhadap kucing dan mengajak untuk memperlakukan kucing sesuai dengan kodrat dan nalurinya.
Identitas Kucing: Penekanan pada identitas kucing sebagai kucing sangat kuat dalam puisi ini. Kucing tidak dapat diubah menjadi hewan lain seperti anjing, ikan, atau burung. Hal ini menyoroti pentingnya menghormati sifat dan kodrat alamiah suatu makhluk.
Karakter Kucing: Puisi menegaskan bahwa kucing tidak malas atau jahat. Mereka hanya menjalani hidup sesuai dengan naluri dan kodratnya. Ini menekankan pentingnya memahami dan menghormati keunikan dan kecenderungan alami kucing.
Perlakuan yang Layak: Penulis menyerukan agar kucing diperlakukan dengan layak sesuai dengan sifatnya sebagai kucing. Larangan terhadap perlakuan kasar seperti dibacok, diracun, atau diculik menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan hewan.
Penolakan Kekerasan: Puisi ini menolak segala bentuk kekerasan terhadap kucing. Bahkan tindakan sekecil menyemprotkan air atau mengusir dengan lidi dianggap sudah cukup. Pembanding dengan tokoh-tokoh kontroversial menegaskan bahwa kucing bukanlah obyek untuk dihukum atau disiksa.
Analogi dengan Kambing: Puisi menutup dengan analogi yang kuat, menyatakan bahwa kucing adalah kucing, bukan kambing yang naik ke surga seperti dalam kisah pedang Ibrahim. Hal ini menekankan bahwa kucing harus diperlakukan sesuai dengan kodratnya dan tidak diperlakukan secara kejam atau tidak manusiawi.
Puisi "Pledoi bagi Kucing" adalah sebuah seruan untuk menghormati dan memperlakukan kucing sesuai dengan sifat dan kodratnya. Puisi ini menegaskan pentingnya penerimaan terhadap keunikan dan naluri alami kucing serta menolak segala bentuk kekerasan atau perlakuan tidak manusiawi terhadap hewan tersebut.
Biodata Beni Setia:
- Beni Setia lahir pada tanggal 1 Januari 1954 di Soreang, Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia.