Puisi: Sajak Negeri Pemarah (Karya Cucuk Espe)

Puisi "Sajak Negeri Pemarah" menggambarkan kondisi sosial dan politik di suatu negara yang penuh kemarahan, kebencian, dan ketidakpuasan.
Sajak Negeri Pemarah


Ketika semua orang pemberani
Jeruji pun menjadi ladang rekreasi
Ketika semua orang memaki
Harga diri setinggi mata kaki
Ketika semua orang hilang nurani
-; Negeri ini tinggal cerita basi

Itulah yang terjadi di sini
Anak-anak menjadi beringas
Memperkosa teman sekelas

Sesekali tengoklah!
Kita sejatinya punya kekayaan meruah
Tetapi miskin akibat selalu lengah
Hidup pun menjadi lelah
Pejabat tak henti bermewah-mewah.

Jangan pernah kalian menyalahkan
Anak-anak yang pemberani dan pemarah
Membakar ban di jalanan, berteriak di gedung dewan
Tak ada asap tanpa bara api
Tak ada suap tanpa korupsi
Sadar, kita yang mengajari

Anak-anak itu lepas kendali
Karena kebodohan kita sendiri.


Jombang, 2013

Analisis Puisi:
Dalam puisi "Sajak Negeri Pemarah" karya Cucuk Espe, penyair menggambarkan kondisi sosial dan politik di suatu negara yang penuh kemarahan, kebencian, dan ketidakpuasan. Puisi ini merentang dari perilaku masyarakat hingga kebijakan pemerintah, sambil mengkritik ketidakpedulian, korupsi, dan kelemahan dalam mendidik generasi muda.

Menggambarkan Keadaan Negeri: Puisi dimulai dengan menggambarkan suasana negara yang penuh dengan perilaku negatif. Orang-orang menjadi pemberani dan berani menghadapi konsekuensinya. Jeruji penjara bahkan menjadi tempat rekreasi, menunjukkan hilangnya rasa takut terhadap hukuman.

Hilangnya Harga Diri dan Nurani: Puisi ini dilanjutkan dengan menggambarkan bagaimana orang-orang memaki dan kehilangan harga diri. Rasa nurani merosot dan negara tampak terlantar dengan cerita-cerita yang tidak lagi relevan.

Kenyataan yang Pahit: Puisi ini menyuarakan kekecewaan dan kemarahan terhadap negara yang telah berubah menjadi "cerita basi" tanpa moral dan integritas.

Penggambaran Kekerasan Anak-Anak: Puisi ini melukiskan situasi yang lebih buruk, di mana anak-anak yang seharusnya belajar menjadi pemberani dan pemarah. Mereka melakukan tindakan brutal, seperti memperkosa teman sekelas.

Teguran dan Pengingat Kekayaan: Penyair memberikan teguran untuk "melihat" dan menyadari bahwa negara memiliki potensi kekayaan yang melimpah. Namun, kemiskinan muncul akibat ketidakpedulian dan kelalaian dalam mengelola sumber daya.

Kritik Terhadap Pejabat: Puisi ini mengkritik perilaku pejabat pemerintahan yang terlibat dalam kemewahan dan korupsi, sementara rakyat menderita.

Tanggung Jawab Bersama: Penutup puisi mengingatkan pembaca bahwa tidak seharusnya menyalahkan anak-anak yang terlibat dalam tindakan keras dan marah. Puisi mengisyaratkan bahwa perilaku anak-anak itu adalah cerminan dari apa yang telah diajarkan dan ditanamkan oleh generasi sebelumnya.

Pesan dan Makna: Puisi "Sajak Negeri Pemarah" karya Cucuk Espe adalah kritik sosial terhadap masyarakat dan pemerintah yang membiarkan negara terjerumus dalam siklus kekerasan, kebencian, dan korupsi. Puisi ini mengajak untuk merenungkan tanggung jawab bersama dalam membentuk budaya dan perilaku yang lebih baik, terutama dalam pendidikan generasi muda.

Gaya Penulisan dan Bahasa: Gaya penulisan dalam puisi ini sederhana dan lugas, tetapi memiliki makna yang mendalam. Penggunaan kalimat singkat dan tegas menggambarkan rasa urgensi dalam menyampaikan kritik.

Konteks Emosional: Puisi ini mengandung rasa kecewa, marah, dan keprihatinan terhadap kondisi negara dan masyarakat. Ada juga elemen introspeksi, di mana penyair mengajak pembaca untuk merenungkan peran masing-masing dalam membentuk masa depan.

Puisi "Sajak Negeri Pemarah" adalah puisi yang kuat dalam menyampaikan pesan sosial tentang pentingnya merawat nilai-nilai kemanusiaan, integritas, dan tanggung jawab bersama dalam membentuk masyarakat yang lebih baik. Puisi ini menggambarkan dampak negatif dari kekerasan dan korupsi serta mengajak pembaca untuk melakukan refleksi atas tindakan dan keputusan yang diambil dalam kehidupan sehari-hari.

"Cucuk Espe"
Puisi: Sajak Negeri Pemarah
Karya: Cucuk Espe
© Sepenuhnya. All rights reserved.