Puisi: Sebuah Percakapan di Dekat Perapian (Karya Agus R. Sarjono)

Puisi "Sebuah Percakapan di Dekat Perapian" karya Agus R. Sarjono menghadirkan sebuah percakapan antara dua individu yang membahas tentang dunia, ....
Sebuah Percakapan di Dekat Perapian


Wajah Nyonya Ludwig yang lelah
dan ramah bagai dunia yang telah pensiun
jadi bercahaya oleh hangat perapian
dan percakapan
Daun-daun jadi cepat luruh sekarang, ucapnya
sambil menyesap anggur merah
dan menduga-duga mutunya. Bahkan kerusuhan
jadi sering meledak di dunia ketiga.
Mungkin mereka sering masuk angina
dan terbatuk dalam ledakan-ledakan. Coba
seandainya ....
Dulu di sini daun-daun lebih hijau dan salju
lebih putih. Harga-harga sekarang
tak masuk akal mahalnya. Apakah di negerimu
ada juga derita, orang sulit kerja
atau teater yang buruk mutunya?

Andai saja ada matahari tiga hari saja, bayangkan
sebulan langit seperti lapisan timah dingin
dan hujan nyaris tiap hari. Kudengar
di negerimu matahari bersinar gemilang
tiap hari dan daun-daun hijau abadi?

Tak masuk akal 
orang di sana bisa depresi
dan meledakkan bom 
seperti sudah seribu tahun
di sergap gelap 
musim dingin
seribu hujan dan deras angin.
Negeri penuh cahaya! Tak masuk akal bukan
jika di surga masih juga ada bom.

Tapi ngomong-ngomong, di manakah
sebenarnya tanah airmu?


Sumber: Kopi, Kretek, Cinta (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Sebuah Percakapan di Dekat Perapian" karya Agus R. Sarjono menghadirkan sebuah percakapan antara dua individu yang membahas tentang dunia, keadaan alam, dan perbandingan antara negara yang berbeda. Melalui percakapan ini, puisi ini menggambarkan kontras antara kehidupan dan realitas di dua tempat yang berbeda.

Penggambaran Wajah dan Perapian: Puisi ini dimulai dengan penggambaran wajah Nyonya Ludwig yang lelah namun tampak bercahaya oleh kehangatan perapian. Perapian menjadi simbol kehangatan dan kedamaian di tengah kelelahan dan dunia yang telah pensiun. Gambaran ini menciptakan suasana yang intim dan tenang.

Kontras Musim dan Realitas: Percakapan berlanjut ke perbandingan antara daun-daun yang cepat luruh di tempat percakapan dengan langit seperti lapisan timah dingin di tempat lain. Ini menciptakan kontras antara musim dan keadaan alam di kedua tempat, yang pada gilirannya menggambarkan perbedaan realitas.

Perbandingan Kehidupan Sosial: Nyonya Ludwig menggambarkan harga-harga yang tak masuk akal mahalnya dan kerusuhan yang sering terjadi di dunia ketiga. Dia juga menanyakan tentang kondisi kehidupan sosial di tempat lain, apakah ada derita, orang sulit kerja, atau teater yang buruk mutunya. Ini mencerminkan perhatian terhadap perbandingan sosial antara dua tempat.

Kontras Cuaca dan Emosi: Percakapan juga menggambarkan perbandingan cuaca di tempat percakapan dengan cuaca di tempat lain. Gambaran cuaca dingin dan hujan yang sering di tempat percakapan berbanding terbalik dengan matahari yang bersinar gemilang dan daun-daun hijau abadi di tempat lain. Kontras cuaca ini dapat diartikan sebagai analogi dari perbedaan emosi dan suasana di dua tempat.

Refleksi tentang Realitas: Puisi ini juga menggambarkan refleksi tentang realitas yang tidak masuk akal, seperti depresi dan tindakan kekerasan di tempat yang tampaknya cerah dan penuh cahaya. Melalui penggambaran ini, puisi mengajukan pertanyaan tentang sifat kompleks dan ironi dalam kehidupan manusia.

Puisi "Sebuah Percakapan di Dekat Perapian" oleh Agus R. Sarjono membahas perbandingan dan kontras antara dua tempat yang berbeda dalam hal alam, kehidupan sosial, cuaca, dan emosi. Melalui percakapan ini, puisi mengajukan pertanyaan tentang realitas dan kompleksitas kehidupan manusia serta memberikan pandangan yang mendalam tentang perbedaan dan persamaan dalam pengalaman manusia di berbagai tempat.

Agus R. Sarjono
Puisi: Sebuah Percakapan di Dekat Perapian
Karya: Agus R. Sarjono

Biodata Agus R. Sarjono:
  • Agus R. Sarjono lahir pada tanggal 27 Juli 1962 di Ban­dung, Jawa Barat, Indonesia.
  • Agus R. Sarjono aktif menulis puisi, esai, cerpen, kritik, dan drama. Ia juga dikenal sebagai editor dan penerjemah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.