Puisi: Mati Suri (Karya Kinanthi Anggraini)

Puisi "Mati Suri" karya Kinanthi Anggraini menggambarkan keadaan keputusasaan, kesendirian, dan kehampaan melalui imaji yang kuat dan gelap.
Mati Suri


Keningku membutuhkan papan
untuk menghancurkan perasaan
tanganku membutuhkan paku
untuk mencongkel kedua mataku

membutuhkan tali di leher dada
mati suri selamanya

menyelinap di balik pohon kecapi
bersembunyi di antara duri
mengintipnya dan berlari
melihatmu di lubang daun
yang terjatuh siang tadi

di setiap hela nafasmu
di setiap sudut pandanganmu.


Magetan, Januari 2014

Sumber: Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Mati Suri" karya Kinanthi Anggraini adalah sebuah karya yang penuh dengan imaji dan metafora yang gelap, menggambarkan perasaan terhimpit, keputusasaan, serta perjuangan dalam menghadapi kesulitan dalam kehidupan.

Ekspresi Keputusasaan dan Ketidakberdayaan: Puisi ini menggambarkan keadaan ketidakberdayaan dan keputusasaan yang sangat mendalam. Penyair menggunakan imaji tentang menghancurkan perasaan dengan papan, mencongkel mata dengan paku, serta gambaran mati suri sebagai keadaan yang abadi.

Penyelipan di Antara Kepahitan Kehidupan: Penyair menunjukkan perasaan tersembunyi dan terselip di antara kehidupan yang penuh kepahitan. Metafora seperti bersembunyi di balik pohon kecapi dan di antara duri mencerminkan kondisi menyendiri dan tersakiti.

Perasaan Terjatuh dan Penyelamatan: Puisi ini menyuarakan perasaan terjatuh, tetapi dengan melihat sesuatu yang terjatuh siang tadi, memberikan kesan upaya untuk bangkit kembali, mencoba memahami kondisi dan keadaan yang dialami, meskipun dalam keadaan yang sulit.

Penjelajahan dalam Kehidupan: Penyair juga mengungkapkan tentang kehadiran di setiap hela nafas dan sudut pandang, mengisyaratkan bahwa ia menyelami setiap aspek kehidupan, terus melihat dan mengalami meskipun dalam kondisi yang penuh kesulitan.

Puisi "Mati Suri" karya Kinanthi Anggraini adalah sebuah karya yang menggambarkan keadaan keputusasaan, kesendirian, dan kehampaan melalui imaji yang kuat dan gelap. Penyair mengekspresikan perasaan terpuruk dan kesulitan yang dalam, tetapi juga menunjukkan keinginan untuk melihat dan memahami kondisi yang dihadapi, sekaligus mengekspresikan ketabahan dalam meniti kehidupan meskipun penuh kesulitan.

Kinanthi Anggraini
Puisi: Mati Suri
Karya: Kinanthi Anggraini

Biodata Kinanthi Anggraini:
    Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.

    Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.

    Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.

    Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.