Puisi: Monolog Cermin (Karya Dimas Indiana Senja)

Puisi "Monolog Cermin" karya Dimas Indiana Senja menyoroti kerumitan emosi dan kompleksitas hubungan yang mungkin menghadapi tantangan dan ....
Monolog Cermin

Demi kalender yang memucat, harus bagaimana sikapku kepadamu, kekasih? Bergantian aku dan sunyi meniup waktu pelan-pelan. demi mengingat kembali bagaimana kau memelukku setiap keberangkatanmu dan kepulanganmu. Juga kesaksian atas nama-nama yang kau serapahkan di depanku, juga pujian-pujian yang membuat senyummu mengembang: dan mewujud pula senyumku. Aku bahkan tak mampu membuat jarak seantara kita. Sebab kau bayanganku, dan aku adamu. Kita satu. Dalam labirin ingatan yang kadang menyenangkan, dan kadang begitu menyedihkan.

Demi dinding yang bisu, harus bagaimana aku melupakanmu, kekasih? bersama jarum jam yang mematung itu, aku selalu menghitung pertemuan demi pertemuan antara kau dan aku. bahkan aku masih menghafal rencana-rencana, dan impian-impian yang selalu kau rapalkan tepat di depanku - sembari menunjuk ke arahku dengan matamu yang menyala. Di sanalah aku menemukan sebagian dari pencarian hidupku. Sekalipun kau mungkin tak pernah mengerti betapa kebersamaan sungguh berarti.

Demi apapun yang kausebut cinta. Sudah kuberikan semua waktu dan sepiku untukmu. Untuk membalas semua yang kau lempar lewat mata tajammu, yang selalu menyorotkan alamat kerinduan. Dan aku tak kan pernah berhenti menuliskan semua yang kau ceritakan, meski kini aku telah menemukan kekosongan, sebab ragaku kini, hanyalah serpihan-serpihan kenangan.

Pustaka senja, 2015

Analisis Puisi:

Puisi "Monolog Cermin" karya Dimas Indiana Senja adalah refleksi mendalam tentang hubungan antara dua individu, yang dipenuhi dengan rasa kehilangan, kerinduan, dan pertanyaan tentang keberadaan.

Kehadiran dan Kehilangan: Puisi ini menyoroti dinamika antara kehadiran dan kehilangan dalam hubungan. Penyair mencerminkan perasaan kerinduan dan nostalgia terhadap sosok yang dicintainya, yang kini hadir hanya dalam kenangan dan bayangan.

Kontras antara Masa Lalu dan Kini: Puisi ini menggambarkan kontras antara masa lalu yang penuh dengan keintiman dan kebersamaan, dengan kini yang diwarnai oleh kesepian dan kekosongan. Penyair merenungkan perubahan dalam hubungan tersebut dan bagaimana hal itu memengaruhi perasaannya.

Simbolisme Jam dan Cermin: Jam yang mati dan dinding yang bisu menjadi simbol kehampaan dan stagnasi dalam hubungan. Jam yang berhenti mengingatkan akan berhentinya waktu, sementara dinding yang bisu mencerminkan kehilangan komunikasi dan keterputusan dalam hubungan.

Cinta dan Pengorbanan: Penyair mengekspresikan pengorbanannya untuk cinta, dengan memberikan segala waktu dan perhatiannya kepada kekasihnya. Meskipun perasaannya mungkin tidak dibalas sepenuhnya, ia tetap setia dalam mengekspresikan cintanya.

Penutup yang Puitis: Puisi ini ditutup dengan kekosongan dan kehampaan yang menggambarkan perasaan akhir penyair. Meskipun begitu, ia tetap menerima kekosongan tersebut sebagai bagian dari pengalaman hidupnya.

Dengan kata lain, "Monolog Cermin" adalah refleksi yang intim dan puitis tentang dinamika hubungan manusia, kehilangan, dan pencarian makna dalam kehampaan. Puisi ini menyoroti kerumitan emosi dan kompleksitas hubungan yang mungkin menghadapi tantangan dan pergulatan yang rumit.

"Dimas Indiana Senja"
Puisi: Monolog Cermin
Karya: Dimas Indiana Senja
© Sepenuhnya. All rights reserved.