Puisi: Sahur (Karya Dimas Indiana Senja)

Puisi "Sahur" menciptakan gambaran tentang keindahan malam, kesederhanaan hidup, dan kecintaan pada momen-momen yang sarat makna. Dengan penggunaan ..
Sahur


Malam telah sempurna, bahkan akan meninggalkan kita
Sisa sinar rembulan masih tergelar di atap rumah kita,
Kau menyebutnya embun,
Orang-orang kini telah bersiap memulai hari dengan selaksa doa
Agar perjalanan tak ada aral menghadang.
Yah, kita juga seorang pejalan, maka bersiaplah dengan bekal
Yang cukup! katamu.
Adakah bekal yang lebih sejuk dari embun? Tanyaku.
Tapi kau tak juga menjawabnya, kau hanya melipat sajadah
Sisa tahajjud kita,
Lalu kau meletakkan itu di pundakku, sambil berkata:
“dengan nama Kekasih, tak ada perjalanan yang lebih indah
Selain diawali meneguk semangkuk doa, yang paling doa, yang paling puisi.”
Lalu, kita menikmati embun yang bersisa di daun-daun yang berjatuhan
Di depan rumah kita itu,
Sambil melepas sisa rembulan yang sebentar lagi pupus sempurna.

2012

Analisis Puisi:
Puisi "Sahur" karya Dimas Indiana Senja menggambarkan keindahan malam dan ketenangan saat menjelang waktu sahur.

Keindahan Malam yang Sempurna: Puisi ini dimulai dengan pernyataan bahwa malam telah sempurna, dengan sinar rembulan yang masih tergelar di atap rumah. Ini menciptakan suasana tenang dan penuh keindahan yang menandakan malam yang mendalam dan penuh makna.

Embun sebagai Metafora Ketenangan: Penggunaan embun sebagai metafora ketenangan dan kelembutan menjadi elemen sentral dalam puisi. Embun sering kali dikaitkan dengan kesegaran dan keberkahan, dan dalam konteks ini, embun mewakili ketenangan dan kesucian saat menjelang waktu sahur.

Doa dan Persiapan Sebagai Ritual: Penggambaran orang-orang yang bersiap memulai hari dengan selaksa doa menekankan pada pentingnya ritual keagamaan, terutama saat menjalani waktu sahur. Doa menjadi bekal yang tak ternilai dalam menghadapi perjalanan hidup.

Perjalanan Sebagai Analogi Kehidupan: Pembahasan tentang perjalanan sebagai sebuah analogi kehidupan membawa pesan mendalam. Persiapkan diri dengan bekal yang cukup di dunia ini, namun dalam konteks puisi ini, kecukupan sejati terletak pada ketenangan batin dan kebersamaan dengan Sang Kekasih.

Sajadah dan Keintiman dalam Doa: Penggambaran sajadah sebagai sisa tahajjud yang diletakkan di pundak pembicara menunjukkan keintiman dalam berdoa. Doa sebagai alat untuk bersandar dan mencari kekuatan dari Sang Pencipta.

Keindahan di Tengah Kesederhanaan: Puisi ini menonjolkan keindahan di tengah kesederhanaan, seperti menikmati embun yang bersisa di daun-daun yang berjatuhan. Ini merujuk pada kebahagiaan sederhana dan kesederhanaan hidup yang sering kali diabaikan.

Puisi sebagai Ekspresi Kecintaan: Penggunaan bahasa yang indah dan puitis dalam puisi ini menciptakan ekspresi kecintaan pada momen-momen sederhana namun bermakna. Puisi sebagai medium untuk merayakan keindahan dalam kehidupan sehari-hari.

Simbolisme Rembulan yang Pupus: Penggunaan rembulan yang sebentar lagi pupus sempurna mengisyaratkan akan berakhirnya malam dan mendekati waktu fajar, menambah nuansa reflektif pada puisi ini.

Puisi "Sahur" menciptakan gambaran tentang keindahan malam, kesederhanaan hidup, dan kecintaan pada momen-momen yang sarat makna. Dengan penggunaan metafora dan simbolisme, puisi ini mengajak pembaca merenung dan menghargai keindahan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks keagamaan dan kebersamaan dengan Tuhan.

"Dimas Indiana Senja"
Puisi: Sahur
Karya: Dimas Indiana Senja
© Sepenuhnya. All rights reserved.