Puisi: Surat Terbuka untuk Presiden (Karya Cucuk Espe)

Puisi "Surat Terbuka untuk Presiden" karya Cucuk Espe mengandung kritik terhadap kekerasan dan tindakan terorisme, serta dapat dianggap sebagai ...
Surat Terbuka untuk Presiden


(Salam, aku teroris itu)

Bapak Presiden;
Dengan sadar saya tulis sajak ini
Tanpa bentak intimidasi
Bahwa saya merakit bom lagi
Sembunyi-sembunyi mengakali polisi
Satu dua selesai berdaya ledak tinggi

Jika malam Natal dan tahun baru
Aku menebar korban
Jangan kaget, Pak Presiden. Jangan kaget!
Tempat ibadah akan rata tanah
Pasar aku bakar
Gedung maksiat aku sikat
-; Ya! target malam itu

Saat purnama terpejam malu

Pak Presiden;
Negeri ini membutuhkan teroris
Agar demokrasi terlihat dinamis
Agar polisi terlihat bengis
Agar reformasi semakin manis

Sekali lagi, Pak Presiden
Aku tulis surat sajak ini
Sebagai bukti di pengadilan nanti
Bahwa teroris tak lekang-mati
Cuma sembunyi atur setrategi
Beginilah jika keadilan terkhianati

(Dan sajak ini bukan barang bukti)

Desember, 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Surat Terbuka untuk Presiden" karya Cucuk Espe adalah karya sastra yang kontroversial dan provokatif. Puisi ini menyoroti isu terorisme, keamanan, dan politik, mengundang pembaca untuk merenungkan maknanya secara mendalam.

Judul Puisi: Judul "Surat Terbuka untuk Presiden" mengindikasikan bahwa puisi ini adalah surat terbuka yang ditujukan kepada seorang presiden. Ini memberikan kesan bahwa puisi ini memiliki pesan penting yang hendak disampaikan kepada pemimpin negara.

Isyarat Kontroversial: Puisi ini dibuka dengan ungkapan "Salam, aku teroris itu." Ini adalah pernyataan yang sangat kontroversial dan mengundang perhatian sejak awal. Penyair menggunakan pengakuan teroris untuk mengejutkan pembaca dan menggugah perasaan mereka.

Kritik Terhadap Kekerasan: Meskipun puisi ini membahas seorang yang mengakui diri sebagai teroris, itu tidak tampak sebagai penghormatan terhadap tindakan kekerasan. Sebaliknya, puisi ini tampaknya berfungsi sebagai kritik terhadap kekerasan dan terorisme. Pernyataan yang mengikuti ungkapan "Salam, aku teroris itu" menjelaskan tindakan terorisme, tetapi dengan nada kritik.

Ungkapan Ironis: Puisi ini menggunakan ironi untuk mengungkapkan pesan tertentu. Ketika penyair menyatakan bahwa negara "membutuhkan teroris," itu bisa dianggap sebagai sindiran terhadap kondisi politik yang mungkin menciptakan terorisme atau kurangnya keadilan.

Isyarat pada Kehadiran Terorisme: Puisi ini mencatat bahwa keberadaan teroris bisa menghasilkan beberapa efek yang mengejutkan, seperti menjadikan demokrasi terlihat dinamis dan polisi terlihat bengis. Ini bisa dianggap sebagai sindiran terhadap bagaimana peran teroris dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mencapai tujuan mereka.

Kritik Terhadap Keadilan: Penyair mencatat bahwa puisi ini adalah bukti yang akan digunakan di pengadilan. Hal ini dapat diartikan sebagai kritik terhadap sistem keadilan yang mungkin dianggap tidak adil oleh beberapa pihak.

Pesan Tersembunyi: Puisi ini menyiratkan bahwa terorisme bukanlah solusi yang benar-benar membantu masyarakat. Daripada menyelesaikan masalah atau mencapai perubahan positif, tindakan terorisme sebenarnya bisa menciptakan lebih banyak kekacauan.

Puisi "Surat Terbuka untuk Presiden" karya Cucuk Espe adalah karya yang sarat dengan isyarat dan pesan tersembunyi. Meskipun mengawali puisi dengan pengakuan "aku teroris," puisi ini mengandung kritik terhadap kekerasan dan tindakan terorisme, serta dapat dianggap sebagai komentar satir terhadap situasi politik dan keadilan. Puisi ini meminta pembaca untuk merenungkan dampak tindakan terorisme dan pentingnya menjaga perdamaian dan keadilan dalam masyarakat.

Puisi: Surat Terbuka untuk Presiden
Puisi: Surat Terbuka untuk Presiden
Karya: Cucuk Espe
© Sepenuhnya. All rights reserved.