Puisi: Surga Terbakar (Karya Deni Puja Pranata)

Puisi "Surga Terbakar" karya Deni Puja Pranata menciptakan gambaran yang kuat dan menghadirkan makna yang mendalam tentang kehidupan, kematian, dan ..
Surga Terbakar


Laut ajalmu hempaskan rembulan
berasapkan perih dari rerumputan
kering dan tumpukan sampah
meringkas perjalanan menuju kembali

Kedap api berarak pergi
melambaikan asap pada daun
pesankan jika daun layu melepuh
isyaratkan ada yang luka

Kita punguti serpihan pada hari
diam, karna asap ada yang perih
dan daun layu yang melepuh
adalah tanda lukaku

Pesta malam, aroma sengat keringat
wanita telanjang membuka-buka tutup botol bir
surgapun terbakar dengan perayaan darah vagina
dilumuri berbotol-botol bir tanpa api


Maret, 2014

Analisis Puisi:
Puisi "Surga Terbakar" karya Deni Puja Pranata adalah karya sastra yang penuh dengan gambaran visual dan metafora yang kuat.

Metafora Laut dan Rembulan: Puisi dimulai dengan perbandingan antara laut dan ajal yang seperti membenturkan atau "menghempaskan" rembulan. Ini adalah gambaran kuat tentang datangnya kematian atau ajal yang datang dengan kekuatan alam dan tak terhindarkan. Laut dan rembulan adalah unsur alam yang sering digunakan dalam puisi sebagai lambang kekuatan alam yang kuasa.

Asap dan Rerumputan: Puisi ini melukiskan suasana yang kelam dan berdebu dengan kata-kata "berasapkan perih dari rerumputan." Asap dan rerumputan yang kering adalah lambang kekeringan, kehancuran, dan ketidakberdayaan.

Kedap Api: Ekspresi "kedap api berarak pergi" menciptakan gambaran tentang pergi tanpa meninggalkan bekas atau tanda. Api sering digunakan dalam sastra sebagai simbol perubahan atau kehancuran, dan di sini, api yang padam menggambarkan perubahan yang tak terelakkan.

Daun yang Layu dan Luka: Daun yang layu dan melepuh adalah gambaran tentang kerusakan dan luka. Puisi ini mengaitkan kondisi lingkungan alam dengan kondisi emosi dan fisik manusia.

Serpihan pada Hari Diam: Ungkapan "kita punguti serpihan pada hari diam" mengandung makna bahwa kita sering memahami arti dan nilai sesuatu setelah peristiwa atau krisis. Ini merujuk pada refleksi dan introspeksi yang sering terjadi pada saat-saat ketenangan.

Pesta Malam: Puisi ini menggambarkan pesta malam dengan deskripsi aroma sengat keringat dan wanita telanjang yang membuka botol bir. Gambaran ini menunjukkan kehidupan yang penuh gairah dan berlebihan yang mungkin menjadi pelarian dari realitas yang keras.

Surgapun Terbakar: Puisi ini mengejutkan dengan pernyataan bahwa surga juga terbakar. Ini mungkin mencerminkan keraguan terhadap konsep surga sebagai tempat damai dan kebahagiaan abadi. Kesengsaraan dan kehancuran di dunia bisa menggoyahkan keyakinan akan keabadian surga.

Puisi "Surga Terbakar" menciptakan gambaran yang kuat dan menghadirkan makna yang mendalam tentang kehidupan, kematian, dan kerentanan manusia. Melalui gambaran alam dan lingkungan manusia, puisi ini menggambarkan kerumitan dan kontradiksi dalam pengalaman manusia.

"Deni Puja Pranata"
Puisi: Surga Terbakar
Karya: Deni Puja Pranata
© Sepenuhnya. All rights reserved.