Puisi: Angin Barat (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi "Angin Barat" karya Muhammad Rois Rinaldi menyampaikan kritik sosial terhadap dampak modernisasi dan pengaruh Barat terhadap budaya dan ...
Angin Barat


Bagaimana jika kita membuat kesepakatan
untuk mengurung anak-anak
dalam ruang hampa udara
agar raung ngeri
tak menetas
membuahi rahim
: anak-anak mengencingi wajah ibunya.

Sudah tak ada tempat untuk tiarap
dentumnya menggema di mana-mana
di masjid-masjid, sekolah dan dalam tidur
telinga-telinga berlendir mengaliri meja makan

Setiap hari kita menjadi korban muntahan
adat istiadat barat kian melekat
ketimuran tak lagi jadi tolak ukur.

Bergegaslah tanda tangani kesepakatan
siapkan ruang hampa udara
sebelum angin timur
berlarian ke barat.

Cilegon, Banten, 18 November 2011

Analisis Puisi:
Puisi "Angin Barat" karya Muhammad Rois Rinaldi menghadirkan suara kritis terhadap dampak modernisasi dan pengaruh Barat terhadap nilai-nilai lokal. Dalam analisis ini, kita akan menyelami lapisan makna dan kritik sosial yang terkandung dalam puisi ini.

Konsep Kesepakatan dan Pengurungan Anak-Anak: Puisi ini membuka dengan ide yang provokatif tentang membuat kesepakatan untuk mengurung anak-anak dalam ruang hampa udara. Konsep pengurungan ini bisa diartikan sebagai metafora dari dampak negatif globalisasi dan modernisasi terhadap tradisi lokal dan nilai-nilai kehidupan.

Raung Ngeri dan Pemberontakan Terhadap Tradisi: Istilah "raung ngeri" menunjukkan adanya ketakutan dan perlawanan terhadap nilai-nilai tradisional yang dianggap menakutkan atau ketinggalan zaman. Penggunaan gambaran anak-anak yang mengencingi wajah ibunya menciptakan citra pemberontakan terhadap norma-norma lama.

Kehilangan Tempat untuk Tiarap dan Dentuman Modernisasi: Pernyataan "Sudah tak ada tempat untuk tiarap" menggambarkan hilangnya ruang dan kedamaian dalam menghadapi dampak modernisasi. Dentuman yang menggema di mana-mana menciptakan kesan kehancuran dan ketidakstabilan dalam budaya dan tradisi.

Dampak Adat Istiadat Barat dan Muntahan Kebudayaan: Penggunaan istilah "korban muntahan adat istiadat barat" menciptakan citra negatif terhadap pengaruh Barat. Dalam konteks ini, muntahan mencerminkan sesuatu yang tidak diinginkan dan mengganggu, menunjukkan bahwa budaya lokal menjadi korban dari penetrasi budaya Barat yang tidak diimbangi dengan pemahaman dan penghormatan.

Pertarungan antara Angin Timur dan Angin Barat: Metafora pertarungan antara angin timur dan angin barat menciptakan gambaran perlawanan antara nilai-nilai tradisional (angin timur) dan pengaruh Barat (angin barat). Pertanyaan "sebelum angin timur berlarian ke barat" menunjukkan urgensi untuk mempertahankan nilai-nilai lokal sebelum semuanya menjadi tergeser oleh modernisasi dan globalisasi.

Puisi "Angin Barat" karya Muhammad Rois Rinaldi menyampaikan kritik sosial terhadap dampak modernisasi dan pengaruh Barat terhadap budaya dan tradisi lokal. Dengan penggunaan bahasa yang tajam dan gambaran yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari perubahan sosial dan globalisasi yang seringkali menggeser dan mengabaikan nilai-nilai kultural setempat. Dalam esensinya, puisi ini menjadi suara peringatan terhadap kehilangan identitas dan nilai-nilai lokal di tengah arus modernisasi yang terus berlanjut.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Angin Barat
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.