Puisi: Di Jalan Jenderal Sudirman (Karya Piek Ardijanto Soeprijadi)

Puisi "Di Jalan Jenderal Sudirman di Sebuah Loteng Tua Tiga Lelaki Menyanyikan Lagu La Paloma" mengeksplorasi tema persahabatan yang berkembang di ...
Di Jalan Jenderal Sudirman di Sebuah Loteng Tua
Tiga Lelaki Menyanyikan Lagu La Paloma


Tiga lelaki ketemu pada suatu hari
penyair pelukis dan penyanyi
si penyair mengerti musik dan seni rupa
si pelukis tahu lagu dan sastra
si penyanyi penikmat lukisan dan puisi

dalam mengisi sepi loteng tua
pecahlah percakapan mereka

tentang Iqbal Tagore dan Li T'ai Po
tentang Rembrandt dan Picasso
tentang Schubert dan Mozart
hingga lupa waktu terus merambat.

Ketika jam dinding terdengar samar
si penyair memetik gitar
menentukan nada dan irama
lalu ketiganya tegak dekat jendela
dari mulutnya mengalir lagu La Paloma

Pandang menembus sawang
mengejar mega-mega
tatapan menebar jauh
pada batas kota dan desa teduh
menyaksikan keluasan wajah bumi
di hati mekar ucap syukur kepada ilahi.

Rasa keindahan yang bersembulan
lebur pada panorama alam gubahan Tuhan
dan lagu La Paloma terus terbang
entah di mana bersarang.


Analisis Puisi:
Puisi "Di Jalan Jenderal Sudirman di Sebuah Loteng Tua Tiga Lelaki Menyanyikan Lagu La Paloma" karya Piek Ardijanto Soeprijadi adalah sebuah karya yang menggambarkan pertemuan tiga individu yang berbeda dalam hal seni, seperti sastra, musik, dan seni rupa. Puisi ini menciptakan gambaran tentang perbincangan mereka yang melibatkan berbagai aspek seni, perjalanan waktu, serta persepsi terhadap dunia sekitar.

Tema Persahabatan dan Keindahan Seni: Puisi ini mengeksplorasi tema persahabatan yang berkembang di antara tiga individu yang memiliki minat seni yang beragam. Mereka bersatu di sepanjang "Jalan Jenderal Sudirman," dan ini menggambarkan betapa seni dapat mempersatukan orang-orang dengan latar belakang yang berbeda.

Kekayaan Seni yang Beragam: Puisi ini menyajikan berbagai bentuk seni, seperti puisi (Iqbal, Tagore, Li T'ai Po), seni rupa (Rembrandt, Picasso), dan musik (Schubert, Mozart). Ini mencerminkan keragaman minat seni yang dimiliki oleh karakter dalam puisi dan menekankan betapa seni bisa menjadi jembatan untuk berkomunikasi dan menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang.

Penggabungan Seni dan Alam: Puisi ini menggambarkan momen ketika karakter-karakter ini terhubung dengan alam di sekitar mereka. Lagu "La Paloma" yang dimainkan oleh penyair memberikan rasa harmoni dengan alam, dan pandangan mereka yang memandang pemandangan luas menggambarkan penggabungan seni dengan keindahan alam.

Waktu yang Hilang: Ada perasaan lupa waktu dalam puisi ini, terutama ketika mereka terlibat dalam perbincangan seni dan menikmati pemandangan. Ini menunjukkan bagaimana seni dan alam dapat menjadi pelipur lara dari kenyataan sehari-hari dan membawa mereka ke dalam pengalaman yang lebih mendalam.

Perasaan Syukur: Puisi ini mengakhiri dengan perasaan syukur terhadap keindahan alam dan penciptanya. Ini adalah ekspresi penghargaan terhadap alam dan seni yang mendalam, yang menjadi inspirasi untuk puisi ini.

Puisi ini adalah karya yang merayakan kekuatan seni untuk menghubungkan orang-orang dan menghadirkan keindahan dalam kehidupan mereka. Ini mengingatkan kita tentang kekuatan seni untuk menginspirasi dan membawa orang-orang bersama dalam penghargaan terhadap alam dan kreativitas manusia.

Piek Ardijanto Soeprijadi
Puisi: Di Jalan Jenderal Sudirman
Karya: Piek Ardijanto Soeprijadi

Biodata Piek Ardijanto Soeprijadi
  • Piek Ardijanto Soeprijadi (EyD Piek Ardiyanto Supriyadi) lahir pada tanggal 12 Agustus 1929 di Magetan, Jawa Timur.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi meninggal dunia pada tanggal 22 Mei 2001 (pada umur 71 tahun) di Tegal, Jawa Tengah.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966.
© Sepenuhnya. All rights reserved.