Puisi: Hari Senin (Karya Nana Riskhi Susanti)

Puisi "Hari Senin" karya Nana Riskhi Susanti mengundang pembaca untuk merenungkan tentang arti dan makna di balik momen-momen yang mungkin tampak ...
Hari Senin


Tepat di hari senin
aku katakan padamu
lewat daun-daun berguguran
di telapak kakiku
inilah mimpiku yang cuma
di pertemuan kita yang sempurna
di menit-menit yang sempit.

“Kampus tanpa buku
Bagai pohon tanpa bunga
Rumah tanpa istri
Meja tanpa makanan
dan taman tanpa bunga”

Kau tau, aku kembali
ke dongeng masa kecilku
dulu ibuku bilang:
kau akan menemui hari ini lagi
lengkap dengan bunyi yang sama
lirikan mata
petikan gitar
wangi tanah
kembang pagi dan sore
bau tubuh
rambut
hela nafas
dan kacamataku
tak beda dari asal mula
pun bukan untuk hari seperti ini saja
tapi untuk hari-hari terpilih lain
sebab Tuhan ingin memberi
sebuah mimpi
dalam hari itu untukmu
untuk kau wujudkan
bahkan kau pun akan mengira
bahwa kau pernah ada di hari ini
jauh sebelum hari ini
tanpa tau kenapa.

Itu misteri hari, sayang,
Dan sial,
aku bertemu dengan dongeng itu lagi
Masa kecilku itu lagi:
Apakah aku pernah menyimpanmu
dengan sepotong rindu 
sebelum ini
atau memang kita dipertemukan Tuhan
lewat mimpi
dan kembali jadi hari yang pasti
ketika kau, di perpustakaan itu,
menunjukkanku dengan angkuh
pada buku-buku
yang lelah berbincang bersama debu.


2008

Analisis Puisi:
Puisi "Hari Senin" karya Nana Riskhi Susanti adalah ekspresi perasaan dan pemikiran tentang pertemuan yang memiliki makna mendalam, terutama dalam konteks hari Senin yang seringkali dianggap sebagai awal minggu yang biasa. Puisi ini mencerminkan banyak elemen emosional dan simbolis yang layak untuk diungkapkan dalam analisis.

Hari Senin sebagai Metafora Kehidupan: Puisi ini dimulai dengan penggambaran hari Senin sebagai awal minggu, yang sering kali dianggap sebagai hari biasa. Namun, kemudian, penyair merenungkan betapa hari Senin itu menjadi istimewa karena pertemuannya dengan seseorang. Ini adalah pengingat bahwa dalam rutinitas sehari-hari, kita sering kali menemukan momen-momen istimewa yang memerlukan apresiasi.

Bahasa dan Citra: Puisi ini mengandung bahasa yang indah dan citra yang kuat. Penyair menggunakan kata-kata seperti "lirikan mata," "petikan gitar," dan "bau tubuh" untuk menciptakan gambaran yang hidup dan berwarna dalam pembacaan puisi. Hal ini membantu pembaca merasakan intensitas emosi dan pengalaman yang digambarkan dalam puisi.

Rasa Kebahagiaan dan Misteri: Puisi ini menciptakan rasa kebahagiaan dan kebingungan yang menyelimuti pertemuan ini. Penyair merasa bahagia dan bingung tentang apakah pertemuan ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar, atau apakah itu merupakan keajaiban yang tak terduga.

Mimpi dan Realitas: Puisi ini menyelipkan elemen mimpi dan realitas. Penyair mencoba memahami apakah pertemuan ini adalah sebagian dari mimpi atau kenyataan, dan bagaimana Tuhan mungkin terlibat dalam menggabungkan keduanya.

Kepenuhan dalam Kehidupan: Puisi ini merenungkan betapa kehidupan penuh dengan misteri dan momen-momen yang tak terduga. Meskipun hari Senin adalah hari yang biasa, ia mengingatkan kita bahwa dalam rutinitas sehari-hari, kita dapat menemukan kebahagiaan dan keajaiban.

Secara keseluruhan, "Hari Senin" adalah puisi yang merayakan keindahan dalam kesederhanaan dan menekankan pentingnya meresapi setiap momen dalam kehidupan. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang arti dan makna di balik momen-momen yang mungkin tampak biasa pada pandangan pertama.

"Puisi Nana Riskhi Susanti"
Puisi: Hari Senin
Karya: Nana Riskhi Susanti
© Sepenuhnya. All rights reserved.