Puisi: Jakarta (Karya Medy Loekito)

Puisi "Jakarta" karya Medy Loekito menggambarkan Jakarta sebagai kota yang hidup dan berubah, penuh dengan kontras antara malam dan pagi, kebaikan ...
Jakarta (V)

Setiap malam
kubaringkan gedung-gedung batu berhimpitan lelah
menjadi lahan berpetak-petak seperti sawah
lalu kutebar benih-benih penuh kasih
yang tumbuh menjadi serigala-serigala
setiap pagi.

Setiap pagi
kubangunkan gedung-gedung batu berhimpitan kantuk
menjadi pusara-pusara makam maha luas
lalu kuukir nama-nama penuh cinta
yang tumbuh menjadi iblis-iblis
setiap malam.

Sumber: Jakarta, Senja Hari (1998)

Analisis Puisi:
Puisi "Jakarta" karya Medy Loekito adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan Jakarta sebagai kota yang hidup dan berubah dalam kontras malam dan pagi. Puisi ini mencerminkan perasaan sang penyair terhadap kota yang kompleks dan penuh dengan paradoks.

Kontras antara Malam dan Pagi: Puisi ini memperlihatkan kontras yang kuat antara malam dan pagi di Jakarta. Pada malam hari, gedung-gedung batu terlihat "berhimpitan lelah" dan menjadi lahan subur bagi "serigala-serigala" yang tumbuh setiap pagi. Hal ini menggambarkan sisi gelap dan liar dari kota yang tersembunyi di balik gemerlapnya lampu dan kesibukan malam.

Di pagi hari, gedung-gedung tersebut "berhimpitan kantuk" dan menjadi "pusara-pusara makam maha luas" yang memperlihatkan sisi suram dan hening kota. Nama-nama penuh cinta diukir menjadi "iblis-iblis" yang muncul setiap malam. Ini mencerminkan sisi kontradiktif dari kehidupan di kota besar seperti Jakarta, di mana kehidupan dan kematian, cinta dan kebencian, terus berdampingan.

Metafora Kota sebagai Tempat Tumbuhnya "Serigala" dan "Iblis": Dalam puisi ini, kota Jakarta digambarkan sebagai lahan subur bagi "serigala-serigala" dan "iblis-iblis". Metafora ini menggambarkan sisi gelap dari kehidupan perkotaan, di mana kejahatan, kekerasan, dan ketidakadilan dapat tumbuh subur. Hal ini juga mencerminkan kompleksitas masyarakat perkotaan yang terkadang kejam dan kejam.

Simbolisme Benih-benih Penuh Kasih dan Nama-nama Penuh Cinta: Penyair menabur "benih-benih penuh kasih" dan "mengukir nama-nama penuh cinta" sebagai upaya untuk membawa cahaya dan kebaikan ke dalam kota yang gelap dan suram. Namun, ironisnya, apa yang tumbuh adalah "serigala" dan "iblis", menggambarkan kontras antara harapan dan realitas yang keras di kota ini.

Kritik terhadap Kondisi Kota: Puisi ini juga dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap kondisi sosial dan politik di Jakarta, di mana kekerasan, ketidakadilan, dan ketidakpastian menghiasi kehidupan sehari-hari penduduknya. Hal ini menggambarkan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam dinamika kota yang kompleks.

Kehidupan yang Dinamis dan Berubah: Puisi ini mencerminkan kehidupan yang dinamis dan terus berubah di Jakarta. Kota ini memiliki beragam wajah dan sisi yang mungkin tidak terlihat oleh banyak orang. Melalui puisi ini, penyair membuka mata pembaca untuk melihat lebih dalam ke dalam kompleksitas dan paradoks kehidupan di kota metropolitan.

Puisi "Jakarta" karya Medy Loekito adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan Jakarta sebagai kota yang hidup dan berubah, penuh dengan kontras antara malam dan pagi, kebaikan dan kejahatan, harapan dan kekecewaan. Melalui bahasa yang kuat dan imajinatif, Loekito berhasil menyampaikan kompleksitas dan dinamika kehidupan di ibu kota Indonesia ini.

Puisi: Jakarta
Puisi: Jakarta (V)
Karya: Medy Loekito
© Sepenuhnya. All rights reserved.