Puisi: Jaring-Jaring (Karya Piek Ardijanto Soeprijadi)

Puisi "Jaring-Jaring" karya Piek Ardijanto Soeprijadi mengandung makna yang dalam dalam dua bait sederhana. Meskipun pendek, puisi ini merangkum ....
Jaring-Jaring

Kali ini
Nelayan menebar jaring di laut
Menangkap ikan

Kali lain
Tuhan menebar jaring maut
Menangkap insan.

1996

Analisis Puisi:
Puisi "Jaring-Jaring" karya Piek Ardijanto Soeprijadi mengandung makna yang dalam dalam dua bait sederhana. Meskipun pendek, puisi ini merangkum ide-ide yang kompleks tentang kehidupan, takdir, dan hubungan manusia dengan alam dan Tuhan.

Kontras Antara Aktivitas Manusia dan Campur Tangan Tuhan: Puisi ini dimulai dengan dua kalimat pertama yang menciptakan kontras antara aktivitas manusia (nelayan) dan tindakan Tuhan.

Di bait pertama, nelayan menebar jaring di laut untuk menangkap ikan, menciptakan gambaran aksi manusia yang aktif dan sengaja.

Namun, di bait kedua, gambaran ini berubah secara dramatis menjadi campur tangan Tuhan yang menebar jaring maut untuk menangkap insan.

Kontras ini menunjukkan perbedaan esensial antara kekuatan manusia dan kekuatan Tuhan dalam mengatur nasib dan takdir.

Metafora Jaring sebagai Representasi Takdir: Pada tingkat simbolis, jaring dalam puisi ini mewakili takdir atau nasib. Pada satu sisi, nelayan yang menangkap ikan dengan jaringnya adalah contoh kekuatan dan upaya manusia dalam mengendalikan hidupnya sendiri.

Namun, jaring yang ditebar oleh Tuhan digambarkan sebagai "jaring maut" yang menangkap insan, menciptakan kesan bahwa nasib manusia kadang-kadang tidak dapat dihindari, tak terduga, dan sulit dipahami.

Hubungan Manusia dengan Alam dan Tuhan: Puisi ini juga menggarisbawahi hubungan manusia dengan alam dan Tuhan. Gambaran nelayan yang menyebar jaring di laut menunjukkan interaksi manusia dengan alam sekitarnya dan upaya manusia untuk mencari rezeki.

Namun, gambaran Tuhan yang menyebar jaring maut menggarisbawahi bahwa manusia juga terjebak dalam tindakan Tuhan yang lebih besar. Ini mengajukan pertanyaan tentang peran manusia dalam kehendak Tuhan dan bagaimana manusia merespons takdir yang telah ditentukan.

Puisi "Jaring-Jaring" karya Piek Ardijanto Soeprijadi adalah contoh sempurna bagaimana puisi singkat dapat mengandung makna yang mendalam. Dalam dua bait, puisi ini menghadirkan kontras antara usaha manusia dan takdir Tuhan, menghadirkan metafora jaring sebagai representasi takdir, dan merangsang refleksi tentang hubungan manusia dengan alam dan Tuhan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kompleksitas kehidupan, nasib, dan keterkaitan manusia dengan kekuatan yang lebih besar di luar kendali manusia.

Piek Ardijanto Soeprijadi
Puisi: Jaring-Jaring
Karya: Piek Ardijanto Soeprijadi

Biodata Piek Ardijanto Soeprijadi
  • Piek Ardijanto Soeprijadi (EyD Piek Ardiyanto Supriyadi) lahir pada tanggal 12 Agustus 1929 di Magetan, Jawa Timur.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi meninggal dunia pada tanggal 22 Mei 2001 (pada umur 71 tahun) di Tegal, Jawa Tengah.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966.
© Sepenuhnya. All rights reserved.