Puisi: Kebijakan Tukang Tidur (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi "Kebijakan Tukang Tidur" karya Muhammad Rois Rinaldi menghadirkan kritik sosial dan politik dengan menggunakan elemen-elemen satir.
Kebijakan Tukang Tidur


Peserta rapat paripurna mendengkur
pimpinan rapat bicara tambah ngelantur
"sepekat!" kata pemimpin rapat
peserta rapat kaget menjawab
"sepakat"
rakyat semakin sekarat!


Cilegon, Banten

Analisis Puisi:
Puisi "Kebijakan Tukang Tidur" menciptakan sebuah gambaran satir dan kritik sosial terhadap kebijakan dan keadaan politik.

Peserta Rapat Paripurna: Penyair mengawali puisi dengan menggambarkan suasana rapat paripurna, di mana peserta rapat terlihat mendengkur. Gambaran ini dapat diartikan sebagai kurangnya minat atau perhatian dari para pemangku kebijakan terhadap isu-isu penting.

Pimpinan Rapat yang Ngelantur: Pimpinan rapat digambarkan bicara tanpa arah yang jelas atau ngelantur. Hal ini menciptakan citra tentang kurangnya fokus atau kebingungan dalam merumuskan kebijakan yang efektif.

"Sepekat!" dan Jawaban Peserta Rapat: Dialog dalam puisi menyoroti kesenjangan antara apa yang diucapkan oleh pimpinan rapat ("sepekat!") dengan respons yang disampaikan oleh peserta rapat ("sepakat"). Kontras ini menunjukkan ketidakseriusan atau kebingungan dalam proses pengambilan keputusan.

Rakyat Semakin Sekarat: Pernyataan "rakyat semakin sekarat" menciptakan pernyataan tajam tentang dampak dari kebijakan yang tidak efektif atau kebijakan yang tidak memadai dalam menanggapi kebutuhan masyarakat. Ini juga dapat diartikan sebagai kritik terhadap kebijakan yang tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat.

Penggunaan Bahasa Sederhana: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat, seperti kata "ngelantur" dan "sepekat," untuk menciptakan kesan humor dan mendalamkan kritik sosial. Gaya bahasa ini memberikan kejelasan terhadap keadaan yang dihadapi tanpa mengurangi kekuatan pesan.

Satire Politik: Keseluruhan puisi mencirikan unsur satire politik yang mengkritik perilaku dan kebijakan pemerintah. Penggunaan humor dan ironi memperjelas ketidakpuasan penyair terhadap keadaan politik yang dianggapnya kurang efektif dan tidak responsif terhadap kebutuhan rakyat.

Kritik Terhadap Proses Keputusan: Puisi ini secara tidak langsung mengkritik proses pengambilan keputusan di dalam rapat paripurna yang terkesan kurang serius. Dialog singkat antara pimpinan rapat dan peserta rapat menciptakan ironi dalam pengambilan keputusan yang seharusnya menjadi momen serius dan penting.

Puisi "Kebijakan Tukang Tidur" karya Muhammad Rois Rinaldi menghadirkan kritik sosial dan politik dengan menggunakan elemen-elemen satir. Dengan gaya bahasa yang sederhana, namun penuh dengan makna, penyair berhasil menyampaikan pesan tajam terkait dengan ketidakpuasan terhadap kebijakan dan proses keputusan di tingkat pemerintahan.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Kebijakan Tukang Tidur
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.