Puisi: Kemiskinan (Karya Putu Oka Sukanta)

Puisi "Kemiskinan" menyajikan potret ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, di mana karakter berjuang untuk menavigasi kontras antara kemewahan dan ...
Kemiskinan


Di kamar 210
engkau mengusik tak hentinya
Ah, aku risih, beri waktu aku sejenak melepaskan diri
beri aku waktu sejenak mengaca diri
dalam kemewahan aku ingin melupakan kemiskinan, tau?

Ubud, 11 Oktober 2004

Sumber: Surat Bunga dari Ubud (2008)

Analisis Puisi:
Puisi "Kemiskinan" karya Putu Oka Sukanta merangkum perbincangan internal yang kompleks tentang dualitas kehidupan manusia, terutama terkait ketidaksetaraan ekonomi. Melalui bahasa sederhana, tetapi penuh arti, penulis menyuguhkan analisis sosial yang mendalam.

Tempat dan Dialog Internal: Puisi dibuka dengan referensi ke kamar 210, yang mungkin menggambarkan tempat atau situasi khusus. Adanya dialog internal memberikan keintiman dengan pemikiran karakter yang merasa risih.

Gangguan oleh Kemewahan: Pemikiran karakter yang mengatakan "aku risih" menunjukkan bahwa kehadiran kemewahan menjadi gangguan atau beban tersendiri. Ada ketidaknyamanan dalam menghadapi kontras antara kekayaan dan kemiskinan.

Permintaan Waktu untuk Merefleksikan Diri: Permintaan "beri aku waktu sejenak mengaca diri" menunjukkan adanya keinginan untuk introspeksi. Kemungkinan, karakter ingin mencari jawaban atau solusi dalam mengatasi ketidaknyamanan dan ketidakpuasan hidupnya.

Hubungan dengan Kemiskinan: Pemikiran "dalam kemewahan aku ingin melupakan kemiskinan" menggambarkan upaya karakter untuk mengatasi atau melupakan realitas kemiskinan dengan terlibat dalam kemewahan. Ini mencerminkan perjuangan internal yang mungkin banyak dialami oleh individu dalam kondisi serupa.

Kritik Terhadap Ketidaksetaraan Ekonomi: Keseluruhan puisi dapat diartikan sebagai kritik terhadap ketidaksetaraan ekonomi yang mendalam. Pemikiran karakter menciptakan citra tentang bagaimana kemewahan dan kemiskinan saling berlawanan dan dapat mengganggu keharmonisan kehidupan.

Dualitas dan Konflik Batin: Konflik batin karakter antara keinginan untuk mengatasi kemiskinan dan ketidaknyamanan dengan cara yang kurang bermoral atau etis menciptakan dimensi dualitas dalam pemikiran karakter. Hal ini menggambarkan konflik moral dan nilai yang ada dalam diri individu.

Bahasa Sederhana dan Simbolisme: Penggunaan bahasa sederhana dalam puisi ini memperkuat kesan kejujuran dan ketulusan perasaan karakter. Simbolisme kemewahan dan kemiskinan diartikan dengan cara yang mendalam dan universal.

Puisi "Kemiskinan" menyajikan potret ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, di mana karakter berjuang untuk menavigasi kontras antara kemewahan dan kemiskinan. Putu Oka Sukanta secara tajam menggambarkan konflik batin yang mungkin dirasakan banyak individu dalam situasi serupa. Puisi ini memicu refleksi tentang moralitas, nilai-nilai, dan harapan akan perubahan dalam masyarakat yang dihantui oleh ketidaksetaraan.

Puisi Putu Oka Sukanta
Puisi: Kemiskinan
Karya: Putu Oka Sukanta
© Sepenuhnya. All rights reserved.