Puisi: Kepanikan Babi (Karya Nana Riskhi Susanti)

Puisi "Kepanikan Babi" karya Nana Riskhi Susanti menyoroti masalah ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan konflik sosial.
Kepanikan Babi
(: Sarwenda Kongtesa)


Mengendus bagai babi
wajahku menjelma ribuan kendi usai pesta bakar diri
pesta satu-satunya yang jadi kebencian
orang-orang di kampung ini

Bila niat baikmu berjumpa wajah pucatku
kepanikan-kepanikan ini hanya sebagian kecil
dari derita babi yang diikat kuat-kuat
dan tak pernah dianggap terhormat
bila aku pergi sangat pagi
menyusuri dosa-dosamu menjelang Natal
akankah rambut yang kubakar ini
tak lebih menggetarkan dari tangisan babi?

Air mata jadi tak luar biasa dalam barisan para penduka
dalam arakan sesaji yang membayang bunga kamboja
bersama ingatan tentang Tuhan
aku mengerti piutang-piutang kata mengendap
berjumpa kepanikan-kepanikan yang lain di keraguan yang lain
yang tak dapat engkau jelaskan di rumah Tuhan
pada jam-jam menjelang fajar sekalipun

Di sebuah nusa kecil nan lengang
kupunguti bunga pepaya berguguran
aku kelaparan dan masih setia
menyimakmu berdoa menyanyi puji-puja
aku kelaparan dan terus mengendus bagai babi
binatang yang tak sudi tunduk pada Tuan
pada hari-hari terakhirku di dekat kandang babi
terberkatilah kepedihan yang membelanga
kesepian yang menggenapi petang milik pendatang

Malam melambat
kunang-kunang pijar sempurna
kita akan berjumpa di Surga.


Adonara Timur, 25 Juni 2014

Analisis Puisi:
Puisi "Kepanikan Babi" karya Nana Riskhi Susanti adalah sebuah karya sastra yang menyoroti masalah ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan konflik sosial. Dalam puisi ini, penyair menggunakan metafora babi untuk merujuk pada individu yang dianggap rendah atau diabaikan oleh masyarakat.

Metafora Babi: Dalam puisi ini, babi digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan individu yang dianggap rendah dan tidak dihormati oleh masyarakat. Pemilihan kata "Mengendus bagai babi" menciptakan gambaran individu yang mencoba mencari tahu atau mencari tahu lebih lanjut tentang suatu situasi, tetapi disambut dengan kepanikan dan penolakan oleh orang lain. Ini mencerminkan perlakuan tidak adil terhadap individu-individu yang berbeda atau dianggap rendah oleh masyarakat.

Kritik Terhadap Kebencian: Puisi ini mengkritik sikap kebencian dan penolakan terhadap individu yang berbeda atau dianggap rendah oleh masyarakat. Penyair menciptakan gambaran tentang "pesta bakar diri" yang menjadi "kebencian orang-orang di kampung ini." Hal ini menciptakan pesan tentang bahaya diskriminasi dan intoleransi terhadap individu yang berbeda.

Pertanyaan tentang Identitas: Puisi ini juga mengangkat pertanyaan tentang identitas dan harga diri. Penyair merasa bahwa wajahnya dianggap pucat dan tidak dihargai oleh orang lain. Pertanyaan "akankah rambut yang kubakar ini / tak lebih menggetarkan dari tangisan babi?" mencerminkan perasaan ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang dirasakan penyair.

Pengertian dan Empati: Puisi ini menunjukkan pengertian dan empati terhadap individu yang dianggap rendah oleh masyarakat. Penyair mencoba untuk memahami "piutang-piutang kata" dan "kepanikan-kepanikan" yang dialami oleh individu tersebut. Hal ini menciptakan pesan tentang pentingnya empati dan pengertian terhadap orang-orang yang berjuang dalam kehidupan mereka.

Pesan Kemanusiaan: Puisi ini adalah pengingat tentang nilai-nilai kemanusiaan yang harus dipertahankan oleh masyarakat. Penyair mencoba untuk menghubungkan pengalaman individu yang diabaikan dengan makna spiritualitas dan pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan. Ini menciptakan pesan tentang pentingnya mengatasi ketidaksetaraan dan menghargai semua individu sebagai manusia.

Dengan demikian, puisi "Kepanikan Babi" adalah sebuah karya sastra yang menggugah pemikiran tentang ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan konflik sosial. Penyair menggunakan metafora yang kuat untuk menyampaikan pesan tentang perlunya empati, pengertian, dan penghormatan terhadap semua individu dalam masyarakat. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna spiritualitas dan nilai-nilai kemanusiaan dalam mengatasi ketidaksetaraan.

"Puisi Nana Riskhi Susanti"
Puisi: Kepanikan Babi
Karya: Nana Riskhi Susanti
© Sepenuhnya. All rights reserved.