Puisi: Keukenhof (Karya Kinanthi Anggraini)

Puisi "Keukenhof" karya Kinanthi Anggraini memadukan gambaran cuaca, aroma, pakaian, dan keajaiban taman bunga menjadi gambaran indah yang ...
Keukenhof


Napasku terbeli oleh Amsterdam di bulan Mei beraroma
lembut, semanis vanila dan sarah lovely
bersama cokelat panas, jaket beludru dan hijab ceruti
berbulu para peri, dengan beribu sihir di ujung jari

Tepat di selatan ibukota Belanda gamisku berdiri
tiga puluh menit berteman bis yang sibuk membawa pagi
aku menemukanmu di antara Maret dan Mei
Taman putri cuaca, yang bukan dongeng ataupun mimpi

Dua kakiku singgah di semampai tubuh yang elok
bertulang daun lurus, bergelayut tanpa berbelok
enam lembar turban yang biasa kau kenakan
bersama tujuh juta bunga diizinkan aku berkenalan
seluas delapan puluh hektar berjajar, laksana tempat hunian.

Lensaku terjatuh di sisa tanah yang tak kau tempati
sembari mendekati bibirmu, yang tak berani kuciumi
namun sayang, aku tak bisa mengajakmu kembali
bersama angkasa, yang mungkin lama kau benci
atas pengakuanmu, Ibu ratu berasal dari Turki
bertanda lahir goresan kuas di setiap sisi
atau jitatan api yang kerap kali tak bertepi

Di ujung perkebunan, pamanmu mengawasi setiap pejalan
dua kincir angin yang gagah laksana jenderal peperangan
tak gentar menjaga kelopak sesuai dengan kelipatan
dari kenangan yang terselip tanpa sengaja berkenalan

Di kota Lisse dibesarkan ingatanku kini
tentang tulip yang hidup pada musim semi.


Desember, 2013

Sumber: Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018)

Analisis Puisi:
Puisi "Keukenhof" karya Kinanthi Anggraini adalah sebuah karya yang merayakan keindahan dan keajaiban taman bunga Keukenhof di Belanda selama musim semi. Puisi ini menggambarkan pengalaman penulis saat mengunjungi taman ini dan bagaimana taman ini memukau hatinya.

Gambaran Aroma dan Keindahan: Penyair memulai puisi dengan gambaran aroma yang lembut dan manis dari Amsterdam di bulan Mei. Deskripsi ini menciptakan suasana yang indah dan mempesona. Penyair menggunakan kata-kata seperti "semanis vanila" dan "bersama cokelat panas" untuk menggambarkan pengalaman indah menghirup aroma kota.

Gambaran Cuaca dan Pakaian: Puisi ini juga mencerminkan cuaca dan pakaian yang umumnya terkait dengan musim semi. Jaket beludru, hijab ceruti, dan bulu para peri adalah gambaran pakaian musim semi yang lembut dan elegan.

Keajaiban Taman Keukenhof: Tema sentral puisi ini adalah Keukenhof, taman bunga terkenal di Belanda yang dikenal sebagai "taman putri cuaca." Penyair merinci keindahan taman ini dengan gambaran bunga-bunga yang tak terhitung jumlahnya. Taman ini dijelaskan sebagai tempat yang nyata, bukan dongeng atau mimpi, yang memikat mata dan hati penulis.

Interaksi dengan Keukenhof: Puisi ini juga menggambarkan bagaimana penulis berinteraksi dengan taman Keukenhof. Penyair merasa seolah-olah sedang berkenalan dengan taman ini, dan kecantikannya disajikan melalui gambaran kebun bunga yang luas dan indah. Selama perjalanannya, penulis menyaksikan taman ini melalui lensanya dan merenungkan betapa indahnya taman Keukenhof.

Kesan Abadi: Penyair menggambarkan bagaimana pengalaman ini meninggalkan kesan yang mendalam dalam ingatannya. Penyair membayangkan bahwa taman ini terdapat dalam ingatan sepanjang waktu, dan penulis merasa tak bisa membawa taman ini pulang.

Puisi "Keukenhof" adalah sebuah karya yang merayakan keindahan taman bunga Keukenhof selama musim semi di Belanda. Penyair menggambarkan pengalaman pribadinya dan bagaimana taman ini memukau hatinya. Puisi ini memadukan gambaran cuaca, aroma, pakaian, dan keajaiban taman bunga menjadi gambaran indah yang memukau pembaca.

Kinanthi Anggraini
Puisi: Keukenhof
Karya: Kinanthi Anggraini

Biodata Kinanthi Anggraini:
    Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.

    Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.

    Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.

    Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.