Puisi: Kudus (Karya Dimas Indiana Senja)

Puisi || Kudus || Karya || Dimas Indiana Senja ||
Kudus
(Cinemarebel)

Kita terlahir dari waktu yang telanjang. Di hari ke delapan. Dengan tubuh tanpa sehelai tanya yang memaksa kita menghafal nama dan arah. Jauh sebelum Khidir menemukan laut di dadanya, dan Yusuf belum menjelma irisan apel yang menyisakan darah di kelingking waktu.

Kita telah saling berpagut. Seantara kita hanya separoh jengkal ruang yang mengering. Sebab terlalu lama kita menelanjangi musim. Padahal nafas kita sudah saling menandai. Malam, kini tinggal sebatas ranjang dan separuh bulan yang meredup dan menempel di dagumu. Kau memintaku melumatinya agar kalender basah; jisim kita menyatu. Sementara khuldi di dadamu sudah kau siapkan untuk sebuah perjamuan.

Kita sepakat menarik gorden di kecupan kesekian. Lalu kita balutkan di tubuh malam. Agar nganga luka bisa tertutupi sepenuhnya. Kau sedikit membukakan sebuah pintu yang menyimpan ribuan tanya, dimana saat aku mulai memasukinya, kata-kata akan muncrat, berlesatan ke langit-langit kamar, menjadi ribuan hujan, dan dada kita sama basahnya.

Pustaka Senja, 2013

Puisi Kudus
Puisi: Kudus
Karya: Dimas Indiana Senja
© Sepenuhnya. All rights reserved.