Puisi: Kutulis Puisi di Pasirmu (Karya Nana Riskhi Susanti)

Puisi "Kutulis Puisi di Pasirmu" tidak hanya menyampaikan narasi yang indah, tetapi juga membangkitkan perasaan dan pikiran pembaca tentang ...
Kutulis Puisi di Pasirmu

Hanya doa
sembunyi di batu-batu
di mawar sunyi
di pagar rindu
di langit sengit
aku menyebut
membawa benang-benang baru
untuk hidupku
hidupmu.

Ia tertulis di telapak tangan
lihatlah garis-garisnya!
Ia tak bisa diubah
bahkan oleh kenangan

Kutulis puisi pada pasirmu

Ingatkah kau pada lampu tua itu
bangku rotan coklat penuh rayap kayu
dinding putih penuh kaligrafimu
tirai hijau berderai-derai
mendengar rinduku yang tak sampai padamu
karna kupilih mawar sedang aku berduri
kusembah tiang-tiang sedang aku bambu
kubaca zikir sedang aku sihir
kuhiba laut sedang aku lembah takut

Kutulis puisi pada pasirmu

Betapa sakit doaku yang menunggu sampai
di antara doa karang
ikan
ombak
nelayan
para pemabuk di laut itu.

Aku ingin mengurai cinta
seperti puisi pasir pejalan sunyi
meski terhapus gelombang
yang dikirimkan doa ikan-ikan
meski impian
tak cukup untuk dituliskan

Anak-anak surau
membaca hurufmu
di antara tiang-tiang perahu
ketika matahari mulai sembunyi

Dan aku masih
menulis puisi di pasirmu.

Tegal, 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Kutulis Puisi di Pasirmu" karya Nana Riskhi Susanti membawa pembaca ke dalam dunia keindahan, kenangan, dan doa yang terpatri pada pasir. Dengan memadukan elemen-elemen alam dan manusia, puisi ini menciptakan suatu gambaran yang puitis dan memikat.

Simbolisme Pasir: Pasir dalam puisi ini menjadi simbol yang kaya makna. Pasir tidak hanya menciptakan visual yang indah, tetapi juga menjadi media yang dipilih oleh penyair untuk menyampaikan doa, kenangan, dan ungkapan hati. Pasir sebagai media menulis puisi menciptakan ikatan antara alam dan penciptaan manusia.

Doa dan Spiritualitas: Puisi ini menciptakan atmosfer spiritual melalui penggunaan kata-kata yang merujuk pada doa dan keagamaan. Doa yang tersembunyi di batu-batu, disandingkan dengan visual garis-garis di telapak tangan, menciptakan kontras antara keabadian doa dan keterbatasan manusia. Spiritualitas menjadi benang merah yang mengikat puisi ini.

Nostalgia dan Kenangan: Melalui deskripsi ruang fisik, seperti lampu tua, bangku rotan, dinding putih, dan tirai hijau, penyair membangkitkan suasana nostalgia dan kenangan. Puisi ini membangun citra-citra yang memicu ingatan, menampilkan kekuatan kenangan yang dapat menyentuh dan mendalam.

Dualitas Cinta dan Penderitaan: Pemilihan metafora seperti "kupilih mawar sedang aku berduri" dan "kuhiba laut sedang aku lembah takut" menciptakan dualitas cinta dan penderitaan. Penggunaan kontras ini menggambarkan kompleksitas perasaan manusia dalam merayakan cinta sekaligus menghadapi penderitaan atau rintangan.

Perjalanan Hidup: Doa yang menunggu di antara doa karang, ikan, ombak, nelayan, dan para pemabuk di laut, menciptakan citra perjalanan hidup yang dipenuhi dengan berbagai rintangan, keindahan, dan dinamika. Puisi ini dapat diartikan sebagai narasi perjalanan manusia dalam mencari arti hidupnya.

Keterkaitan dengan Alam: Penyair secara halus menggambarkan keterkaitan antara manusia dan alam. Pasir sebagai media untuk menulis puisi menggambarkan penciptaan manusia yang terjalin dengan keindahan alam. Hal ini menciptakan kesadaran akan hubungan yang kompleks antara manusia dan lingkungan sekitarnya.

Puisi "Kutulis Puisi di Pasirmu" tidak hanya menyampaikan narasi yang indah, tetapi juga membangkitkan perasaan dan pikiran pembaca tentang keindahan, kenangan, dan perjalanan hidup. Dengan melibatkan unsur spiritualitas dan keterkaitan dengan alam, puisi ini menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan meresapi nilai-nilai kehidupan.

Puisi Nana Riskhi Susanti
Puisi: Kutulis Puisi di Pasirmu
Karya: Nana Riskhi Susanti
© Sepenuhnya. All rights reserved.