Puisi: Menanti Waktu Pisah (Karya Piek Ardijanto Soeprijadi)

Puisi "Menanti Waktu Pisah" menggambarkan perasaan kompleks dan rumit dalam menghadapi perpisahan, dengan menggunakan gambaran alam dan bahasa yang ..
Menanti Waktu Pisah

Barangkali ada sisa waktumu
yang kausediakan bagiku
lalu kita menangkap sepi di tepi kota
menancapkan mata di Gunung Telamaya.

Bukankah kau telah tahu
setiap kabut lewat kemelut batinku
mungkin kau pun ingin menumpahkan hati
sebagai bekal yang kubawa pergi.

Sementara angin mendesir
betapa aku gelisah
karena ketika mentari menggelincir
kita pasti berpisah.


Analisis Puisi:
Puisi "Menanti Waktu Pisah" menggambarkan perasaan kegelisahan dan ketidakpastian dalam menghadapi perpisahan.

Tema Perpisahan: Tema utama puisi ini adalah perpisahan. Penyair menggambarkan suasana hati yang gelisah dan penuh kekhawatiran mengenai waktu yang tak terelakkan untuk berpisah.

Antisipasi dan Kegelisahan: Penyair mengekspresikan perasaan antisipasi terhadap perpisahan yang akan datang. Ia merasa gelisah dan tidak tenang ketika memikirkan saat-saat terakhir bersama sebelum harus berpisah.

Hubungan yang Akhirnya Terputus: Pada bagian-bagian tertentu, terlihat bahwa hubungan antara dua individu dalam puisi ini akan berakhir. Meskipun tidak dijelaskan secara langsung, kegelisahan dan perasaan yang terungkap menunjukkan bahwa perpisahan sudah dekat.

Simbolisme Alam: Penyair menggunakan gambaran alam, seperti kabut, gunung, angin, dan matahari terbenam, untuk menambahkan kedalaman emosi dalam puisi ini. Alam dipakai untuk mencerminkan perasaan hati yang rumit dan hening di saat-saat terakhir sebelum perpisahan.

Ketidakpastian Akan Masa Depan: Puisi ini juga menggambarkan rasa ketidakpastian akan masa depan. Meskipun kedua individu mungkin tahu bahwa perpisahan itu akan datang, mereka tidak yakin apa yang akan terjadi setelahnya.

Keindahan dan Kesedihan: Puisi ini memadukan keindahan alam dengan kesedihan perpisahan, menciptakan suasana yang terasa mendalam dan penuh makna.

Secara keseluruhan, puisi "Menanti Waktu Pisah" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perasaan kompleks dan rumit dalam menghadapi perpisahan, dengan menggunakan gambaran alam dan bahasa yang indah untuk mengekspresikan kegelisahan dan ketidakpastian akan masa depan.

Piek Ardijanto Soeprijadi
Puisi: Menanti Waktu Pisah
Karya: Piek Ardijanto Soeprijadi

Biodata Piek Ardijanto Soeprijadi
  • Piek Ardijanto Soeprijadi (EyD Piek Ardiyanto Supriyadi) lahir pada tanggal 12 Agustus 1929 di Magetan, Jawa Timur.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi meninggal dunia pada tanggal 22 Mei 2001 (pada umur 71 tahun) di Tegal, Jawa Tengah.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966.
© Sepenuhnya. All rights reserved.