Puisi: Menatap Erosi (Karya Piek Ardijanto Soeprijadi)

Puisi "Menatap Erosi" karya Piek Ardijanto Soeprijadi menghadirkan gambaran erosi yang terjadi baik pada tanah maupun dalam hati dan pikiran .....
Menatap Erosi


Erosi tanah terkikis banjir
melahirkan kelaparan di mana-mana
sejauh mata mampu memandang
selama telinga mau mendengarkan

Erosi hati serta pikir
melahirkan keresahan di mana-mana
sejauh mata menangkap
selama telinga menyadap.

Ya Allah, Yang Maha Adil
beberapa insan di papan horisontal mampu mendaki sampai titik zenith
sekali waktu ada yang terpental ke noktah nadir.

Ya Allah, ya Sang Khalik
aku amat sangat yakin sepanjang waktu tangan-Mu
yang mengemudikan cakra menggilingan.


1998

Analisis Puisi:
Puisi "Menatap Erosi" karya Piek Ardijanto Soeprijadi menghadirkan gambaran erosi yang terjadi baik pada tanah maupun dalam hati dan pikiran. Puisi ini menggambarkan dampak negatif erosi yang melahirkan kelaparan dan keresahan di berbagai tempat.

Penyair mengawali puisi dengan menyampaikan erosi tanah yang terkikis oleh banjir. Hal ini mencerminkan kerusakan alam yang mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makanan dan kelaparan yang melanda banyak daerah. Gambaran ini memperlihatkan betapa erosi dapat merusak lingkungan dan berdampak pada kehidupan manusia.

Selanjutnya, puisi menyuarakan erosi yang terjadi dalam hati dan pikiran. Erosi ini menggambarkan ketidakstabilan emosional dan mental yang melahirkan keresahan di berbagai tempat. Penyair menyatakan bahwa selama kita mau memperhatikan dan mendengarkan, kita dapat melihat dan mendengar dampak-dampak negatif erosi ini.

Dalam puisi ini, penulis berpaling kepada Tuhan dengan menyebutkan "Ya Allah, Yang Maha Adil" dan "Ya Allah, ya Sang Khalik". Hal ini menggambarkan rasa pengharapan dan keyakinan bahwa Tuhan adalah yang Maha Adil dan mengendalikan segala sesuatu, termasuk erosi yang terjadi.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang dampak erosi, baik itu dalam bentuk kerusakan alam maupun dalam hati dan pikiran manusia. Penyair menciptakan gambaran yang kuat dan memilukan tentang penderitaan yang diakibatkan oleh erosi, baik secara fisik maupun emosional. Dengan menyebutkan nama Tuhan, puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan peran Tuhan dalam menghadapi dan mengatasi erosi tersebut.

Secara keseluruhan, puisi "Menatap Erosi" menggambarkan erosi sebagai fenomena yang merusak dan melahirkan penderitaan di berbagai aspek kehidupan. Piek Ardijanto Soeprijadi menggunakan gambaran erosi tanah dan erosi hati serta pikiran untuk menyoroti kerentanan manusia terhadap perubahan dan perusakan. Puisi ini mengajak pembaca untuk memahami pentingnya menjaga kelestarian alam dan menumbuhkan kekuatan dalam menghadapi perubahan dan tantangan dalam hidup.

Piek Ardijanto Soeprijadi
Puisi: Menatap Erosi
Karya: Piek Ardijanto Soeprijadi

Biodata Piek Ardijanto Soeprijadi:
  • Piek Ardijanto Soeprijadi (EyD Piek Ardiyanto Supriyadi) lahir pada tanggal 12 Agustus 1929 di Magetan, Jawa Timur.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi meninggal dunia pada tanggal 22 Mei 2001 (pada umur 71 tahun) di Tegal, Jawa Tengah.
  • Piek Ardijanto Soeprijadi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966.
© Sepenuhnya. All rights reserved.