Puisi: Menunggu Ramadhan (Karya Lasinta Ari Nendra Wibawa)

Puisi "Menunggu Ramadhan" mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam Ramadhan, serta pentingnya ...
Menunggu Ramadhan

Kutunggu hadirmu serupa lelaki yang lama menunggu kekasihnya di stasiun kota. Di tengah gegap gempita lautan manusia menunggu kereta cahaya. Mungkinkah aku sempat menyalamimu saat kau merapat, cinta. Seperti biasa, aku tak bisa berjanji untuk berdiri di bawah peron dan menggandeng tanganmu kala turun dari kereta. Sebab aku tak tahu sampai kapan napasku terjaga. Aku hanya tahu rindu mengulang saat berebut oleh-oleh di pundakmu yang teramat menggoda - yang dinanti jutaan umat Islam di seluruh pelosok dunia.

Sungguh aku berjanji untuk setia pada-Nya. Jauh sebelum aku menyapamu kali pertama. Sebelum aku menyibukkanmu dengan tugas-tugas mencuci lumpur yang melekat di atas celana dan kemeja. Hati dan jiwa. Betapa dari lubuk hati aku ingin kembali menyemai mesra. Merasakan jiwa yang hangat terbasuh pendar cahaya. Merenung sejenak mengapa aku mudah terpana kilau lampu-lampu kota. Bukankah hadirmu tak pernah lupa membawa cahaya seribu purnama, yang mengingatkan kembali ritual menuju fitrah umat manusia.

Kerap aku bertanya apa kau merasa cintaku pamrih dan hampa, hanya menyala saat kau singgah di ujung retina. Meski kutegaskan aku bukan tipe lelaki yang mudah main mata. Tak perduli waktu kerap menyuguhkan ragam panorama yang banyak membuat orang terlena. Jauh sebelumnya, kau bisa bertanya pada para tetangga - yang lama bermukim pada kedua tanganku, cinta. Maka, kelak kau percaya, kesetiaanku tak hanya nampak saat kau mengunjungiku saja. Sebab kesetiaanku serupa sujudku yang akan terus lahir meski hari tak lagi menawarkan promosi pahala.

Surakarta, 4 Juli 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Menunggu Ramadhan" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah sebuah karya sastra yang memaparkan perasaan keinginan dan kerinduan seseorang terhadap bulan suci Ramadhan. Dengan menggunakan bahasa yang kaya akan imaji dan metafora, penyair menggambarkan keteguhan hati dan keinginan yang mendalam untuk menyambut Ramadhan.

Kerinduan yang Mendalam pada Ramadhan: Puisi ini mencerminkan kerinduan yang dalam dan mendalam akan kedatangan bulan Ramadhan. Penyair menggunakan metafora lelaki yang menunggu kekasihnya di stasiun kota untuk menggambarkan antisipasi dan keinginan yang sangat kuat untuk bertemu dengan Ramadhan. Hal ini menciptakan gambaran tentang kesabaran dan kerinduan yang membakar dalam hati seseorang untuk menyambut kedatangan bulan suci.

Keinginan untuk Menjaga Kesetiaan pada Tuhan: Penyair menyatakan keinginannya untuk tetap setia pada Tuhan, jauh sebelum Ramadhan tiba. Ia menggambarkan kesetiaan yang tertanam dalam hati dan jiwa, serta keinginan untuk kembali merasakan kehangatan dan cahaya spiritual yang disediakan oleh Ramadhan. Ini mencerminkan komitmen yang kuat untuk terus beribadah dan menguatkan hubungan spiritual dengan Tuhan.

Pertanyaan tentang Kehadiran Ramadhan dan Cinta yang Sejati: Puisi ini juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang cinta dan kesetiaan yang mendalam. Penyair mempertanyakan apakah cinta dan keinginannya untuk bertemu dengan Ramadhan hanya bersifat pamrih dan kosong, ataukah itu merupakan ekspresi dari kesetiaan dan keterikatan yang sejati. Ini menciptakan refleksi tentang makna cinta dan kesetiaan dalam hubungan dengan Tuhan.

Kesetiaan yang Tak Tergoyahkan: Penyair menegaskan bahwa kesetiaannya pada Tuhan tidak tergoyahkan, bahkan saat Ramadhan telah berlalu. Kesetiaan tersebut diibaratkan dengan sujud yang terus dilakukan meskipun pahala tidak lagi ditawarkan. Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjalani kehidupan spiritual, bahkan di luar konteks Ramadhan.

Puisi "Menunggu Ramadhan" adalah sebuah refleksi tentang kerinduan, kesetiaan, dan komitmen spiritual seseorang terhadap bulan suci Ramadhan. Melalui penggunaan bahasa yang kaya akan imaji dan metafora, penyair berhasil menggambarkan perasaan dan harapan yang meluap-luap dalam hati dan jiwa. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam Ramadhan, serta pentingnya menjaga kesetiaan dan komitmen dalam menjalani kehidupan spiritual.

Puisi: Menunggu Ramadhan
Puisi: Menunggu Ramadhan
Karya: Lasinta Ari Nendra Wibawa
© Sepenuhnya. All rights reserved.