Puisi: Merentas Kembara (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi "Merentas Kembara" menggambarkan perjalanan emosional sang pelaku dalam menghadapi kehilangan dan rindu yang mendalam kepada kekasihnya.
Merentas Kembara

Meski aku ngemis, jangan kembali! Pergilah kemana saja angin bisikkan gemericik surgawi, di sana usaikan dahaga jiwa setelah jerat-ikat cinta menyeret dalam ke jurang hitam.

Kekasih, terusir dari kumpulannya itu lebih perih dari ribuan kematian dan melepasmu adalah batas pertahanan. Aku jadi debu dalam rusuh angin di payung langit, guyur hujan amblaskan bentuk jadi lumpur di aliran got, melintasi rumah-rumah juga jejak langkahmu.

Lantas aroma rindu? Adalah aku yang remuk membusuk! Jika kau tetap pergi, izinkan kusayat hari tipis-tipis, kusajikan di piringan waktu dan seisak pinta di telingamu: napas penghabisan.

Cilegon, Banten, 13 Mei 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Merentas Kembara" karya Muhammad Rois Rinaldi menggambarkan perjalanan emosional yang rumit dan penuh kepedihan.

Keputusasaan dan Keinginan untuk Pergi: Puisi ini dibuka dengan permohonan yang putus asa agar kekasih tidak kembali, meskipun sang pelaku merasa seperti seorang pengemis. Ini mencerminkan keputusasaan dan ketidakmampuan untuk mengendalikan keadaan, namun juga keinginan untuk melepaskan diri dari kepedihan.

Rasa Kehilangan dan Penderitaan: Puisi ini mengekspresikan rasa kehilangan yang mendalam ketika kekasih terusir dari kelompoknya dan menjadi lebih menyakitkan daripada ribuan kematian. Penggalan ini menyoroti betapa pentingnya kehadiran kekasih dalam kehidupan sang pelaku dan penderitaan yang dirasakan akibat kepergiannya.

Penggambaran Kehancuran Emosional: Gaya bahasa yang kuat digunakan untuk menggambarkan kehancuran emosional sang pelaku. Ia merasa seperti debu yang terbawa oleh angin, lumpur yang terbentuk oleh hujan, dan jejak yang tertinggal di tempat-tempat yang pernah dilewati oleh kekasihnya. Ini mencerminkan kehancuran emosional yang dirasakan oleh pelaku.

Rindu yang Tersisa: Meskipun merasa remuk dan hancur, sang pelaku masih merasakan aroma rindu. Rindu ini menciptakan keinginan untuk mempertahankan kehadiran sang kekasih meskipun dalam keadaan yang sulit.

Permintaan Akhir: Puisi ini diakhiri dengan permintaan terakhir dari sang pelaku kepada kekasihnya untuk membiarkannya pergi dengan damai. Permintaan ini mencerminkan keinginan untuk mengakhiri penderitaan dan menerima akhir yang tidak terelakkan.

Puisi "Merentas Kembara" adalah puisi yang penuh dengan keputusasaan, kepedihan, dan kehancuran emosional. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, puisi ini menggambarkan perjalanan emosional sang pelaku dalam menghadapi kehilangan dan rindu yang mendalam kepada kekasihnya.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Merentas Kembara
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.