Puisi: Mulyoharjo (Karya Lasinta Ari Nendra Wibawa)

Puisi "Mulyoharjo" tidak hanya menjadi sekedar gambaran tentang sebuah desa, melainkan menghadirkan desa sebagai pusat kehidupan seni dan kerja ...
Mulyoharjo

Adalah kuda bertumpuk yang seolah terbang
bakal menyambutmu di gapura selamat datang
lain rusa, bangau, ular, pegasus, raja hutan
kau temukan bertengger di berbagai perabotan.

Yang menghidupkan desa adalah ketukan palu
penghulu antara pahat dan kayu
sementara pekik gergaji dan desah rautan
sesekali menjadi selingan.

Di desa kecil ini kau bisa belajar bekerja sama
lelaki bertugas menggambar lalu memahatnya
sementara perempuan menyapukan amplas
mengusir tatal-tatal yang belum ikhlas lepas.

Begitulah orkestra musik yang bakal kau nikmati
di desa yang terpisah 2 kilometer dari Museum Kartini
musik yang tak pernah tertidur, apalagi mengantuk
dimainkan dari fajar hingga malam suntuk.

Demikianlah mula terciptanya aneka karya seni
yang terlukis di atas kayu sono, mahoni, dan jati
lalu tersiarlah para penguasa dan pembeli
dari dalam dan luar negeri

Kemudian bisnis mebel ukir kayu pun berjalan
pernikahan menjadi mahar fondasi perusahaan
entah berlabel bisnis atau kesetiaan.

Surakarta, 10-12 April 2013

Analisis Puisi:
Puisi "Mulyoharjo" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan di desa Mulyoharjo, sebuah tempat yang penuh dengan keindahan seni ukir kayu dan kerja sama di antara penduduknya.

Gambaran Unik dan Imajinatif: Puisi dimulai dengan gambaran yang unik tentang kuda bertumpuk yang seolah terbang dan menyambut pengunjung di gapura selamat datang desa. Keberagaman bentuk hewan seperti rusa, bangau, ular, pegasus, dan raja hutan yang bertengger di berbagai perabotan menciptakan suasana magis dan imajinatif. Lasinta memberikan warna dan kehidupan yang khas pada setting desa Mulyoharjo.

Kehidupan Sehari-hari di Desa: Penyair menggambarkan kehidupan sehari-hari di desa melalui suara ketukan palu, pahat, dan gergaji yang menjadi orkestra yang menghidupkan desa. Peran lelaki dan perempuan dalam proses membuat seni ukir kayu juga digambarkan sebagai bentuk kebersamaan dan kerja sama dalam menciptakan karya seni yang indah.

Keterlibatan Masyarakat dalam Seni: Lasinta menyoroti keterlibatan masyarakat dalam dunia seni ukir kayu di desa tersebut. Lelaki bertugas menggambar dan memahat, sementara perempuan menyapu dan mengusir tatal-tatal yang belum ikhlas lepas. Ini menciptakan citra kolaborasi dan keterlibatan semua elemen masyarakat dalam proses kreatif.

Orkestra Musik Hidup di Desa: Deskripsi tentang orkestra musik yang terus menerus dimainkan dari fajar hingga malam suntuk menciptakan citra desa yang penuh dengan kehidupan dan keceriaan. Musik di sini menjadi metafora untuk kehidupan yang terus berjalan tanpa henti, menciptakan harmoni di tengah-tengah kesibukan sehari-hari.

Ekspansi Bisnis dan Pernikahan sebagai Fondasi: Puisi menggambarkan bagaimana hasil karya seni di desa ini menarik perhatian penguasa dan pembeli dari dalam dan luar negeri. Bisnis mebel ukir kayu pun berkembang, dan pernikahan menjadi mahar fondasi perusahaan. Lasinta menciptakan gambaran tentang bagaimana seni dan kehidupan sehari-hari di desa menjadi satu kesatuan yang berkembang.

Puisi "Mulyoharjo" tidak hanya menjadi sekedar gambaran tentang sebuah desa, melainkan menghadirkan desa sebagai pusat kehidupan seni dan kerja sama masyarakat. Lasinta Ari Nendra Wibawa menciptakan sebuah lukisan kata yang memikat tentang kehidupan di desa Mulyoharjo, menggambarkan keindahan, kekayaan seni, dan kolaborasi masyarakat yang menjadikan desa itu hidup. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan betapa indahnya kehidupan di lingkungan yang penuh dengan seni dan kerja sama.

Puisi Lasinta Ari Nendra Wibawa
Puisi: Mulyoharjo
Karya: Lasinta Ari Nendra Wibawa
© Sepenuhnya. All rights reserved.