Puisi: Pada Sebuah Sisi Pinggiran Kota (Karya Mawie Ananta Jonie)

Puisi "Pada Sebuah Sisi Pinggiran Kota" menggambarkan realitas hidup di pinggiran kota dengan penuh empati. Melalui penekanan pada pendidikan, ...
Pada Sebuah Sisi Pinggiran Kota

Orang-orang berusia senja itu datang dari jauh,
berkunjung pada taman kanak-kanak yang tak pernah mengeluh.

Di sini mereka dihangati api dan semangat dari ruangan kosong,
tanpa bangku tanpa buku terpisah dari anak-anak gedong.

Guru-guru tak bergaji dan kerja dengan tenaga sukarela,
didukung penduduk yang tak punya kerja.

Sebuah ruangan tanpa bangku tanpa buku,
puluhan anak anak bermain dengan dua tiga ibu guru.

Cingkareng di pinggir kali,
Pernahkah Gubernur melirik kemari?


Analisis Puisi:
Puisi "Pada Sebuah Sisi Pinggiran Kota" karya Mawie Ananta Jonie merangkum realitas kehidupan di pinggiran kota, menyoroti keadaan anak-anak dan pendidikan di tempat yang sering kali terabaikan.

Gambaran Anak-Anak dan Pendidikan: Penyair memulai puisi dengan menyajikan gambaran tentang kehadiran orang-orang berusia senja yang berkunjung ke taman kanak-kanak. Namun, taman itu tak pernah mengeluh, menunjukkan kesederhanaan dan keteguhan hati. Keberadaan guru-guru sukarela yang bekerja tanpa gaji menjadi sorotan utama, menonjolkan semangat pengabdian mereka.

Ruangan Tanpa Bangku dan Buku: Pernyataan "sebuah ruangan tanpa bangku tanpa buku" menciptakan citra tentang minimnya fasilitas pendidikan di sisi pinggiran kota. Keadaan ini memberikan gambaran kasatmata mengenai keterbatasan sumber daya dan infrastruktur pendidikan.

Keberanian Anak-Anak dan Kerja Sama Ibu Guru: Puisi menyoroti keberanian anak-anak yang tetap bermain meskipun kondisi keterbatasan. Ketidaksetaraan dan ketidakadilan ini tidak menyurutkan semangat mereka. Kerja sama antara dua tiga ibu guru yang bekerja sukarela menjadi gambaran kebersamaan dan kepedulian terhadap pendidikan anak-anak.

Tanggung Jawab Pemerintah: Dengan mengajukan pertanyaan "Pernahkah Gubernur melirik kemari?" pada akhir puisi, penyair secara implisit menyoroti tanggung jawab pemerintah terhadap kondisi di sisi pinggiran kota. Pertanyaan ini mencerminkan keprihatinan terhadap minimnya perhatian dan dukungan pemerintah terhadap pendidikan dan kesejahteraan masyarakat pinggiran.

Panggilan untuk Perubahan: Puisi ini dapat diartikan sebagai panggilan untuk perubahan, menekankan pentingnya memberikan perhatian lebih pada pendidikan anak-anak di sisi pinggiran kota. Ada kebutuhan mendesak untuk menyeimbangkan kesenjangan dan memberikan fasilitas yang memadai.

Puisi "Pada Sebuah Sisi Pinggiran Kota" adalah sebuah puisi yang menggambarkan realitas hidup di pinggiran kota dengan penuh empati. Melalui penekanan pada pendidikan, fasilitas yang minim, dan tanggung jawab pemerintah, puisi ini merangkul problematika sosial yang harus diatasi demi terwujudnya perubahan yang positif di sisi terpinggirkan kota.

Puisi
Puisi: Pada Sebuah Sisi Pinggiran Kota
Karya: Mawie Ananta Jonie
© Sepenuhnya. All rights reserved.