Puisi: Pelajaran Mengukir (Karya Lasinta Ari Nendra Wibawa)

Puisi "Pelajaran Mengukir" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa mempersembahkan metafora puitis tentang kehidupan melalui seni ukir kayu.
Pelajaran Mengukir

Cobalah berkenalan dengan ragam jenis kayu
yang telanjur mengenal gergaji terlebih dahulu
ketamlah hingga jinak dengan kulit tanganmu
agar kalian lebih mudah untuk bersekutu

Bayangkan apa saja yang pernah kau lihat
yang bisa dilukis sebening-bening mengingat
kemudian jodohkan dengan sisi-lekuk pahat
agar niat dan hasilmu tak beda-beda amat

Ketuklah tegas tangkai pahatmu dengan godam
usahakan tersusun dari bahan yang seragam
begitulah cara terbaik membunuh dendam
jika satu tergores, yang lainnya lebam

Dengarkan kayu, pahat, godam beriringan merapal
mantra jatuhnya serpih kayu menjadi tumpukan tatal
tak perlu bersikeras menghitung, apalagi menghafal
terimalah gugur bak perihal, bukan semacam tumbal

Surakarta, 2013

Analisis Puisi:
Puisi "Pelajaran Mengukir" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah sebuah karya yang memadukan keindahan seni dengan petuah hidup. Dalam puisi ini, penyair menggunakan metafora mengenai seni ukir kayu untuk menyampaikan pelajaran-pelajaran hidup.

Ragam Jenis Kayu Sebagai Simbol Kehidupan: Penyair mengajak pembaca untuk berkenalan dengan "ragam jenis kayu." Kayu di sini dapat diartikan sebagai simbol keberagaman dalam kehidupan. Setiap jenis kayu memiliki karakteristiknya sendiri, dan melalui analogi ini, penyair menekankan pentingnya memahami dan merangkul keberagaman dalam interaksi dan hubungan hidup.

Proses Pembelajaran dalam Mengukir Kayu: Puisi menggambarkan proses belajar mengukir kayu. Kata-kata seperti "ketam," "jinak," "bersekutu," dan "godam" membentuk citra tentang bagaimana seseorang harus belajar dan beradaptasi dengan alam. Ini menciptakan metafora untuk belajar mengelola kehidupan, memahami lingkungan, dan mencapai kesuksesan melalui keuletan dan kesabaran.

Imajinasi dan Kreativitas dalam Lukisan Kayu: Penyair merangsang imajinasi pembaca dengan menyuruh mereka untuk membayangkan "apa saja yang pernah kau lihat yang bisa dilukis." Melukis kayu di sini menjadi perumpamaan untuk mengekspresikan kreativitas dan imajinasi dalam meresapi pengalaman hidup. Jodohkan antara apa yang dilihat dengan sisi-lekuk pahat menciptakan hubungan harmonis antara pengalaman dan kreativitas.

Makna Dibalik Tegakan Pahat dan Godam: Ketika penyair menyarankan untuk "ketuklah tegas tangkai pahatmu dengan godam," hal ini bukan sekadar mengenai proses ukir kayu. Ini menciptakan metafora tentang kekuatan, tekad, dan usaha yang diperlukan untuk mengukir takdir hidup sendiri. "Usahakan tersusun dari bahan yang seragam" menyoroti pentingnya konsistensi dalam usaha dan pendekatan hidup.

Pentingnya Keseimbangan dan Harmoni: Penyair menekankan pada keseimbangan dan harmoni dalam hidup melalui kalimat, "jika satu tergores, yang lainnya lebam." Ini memberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan dan bagaimana ketidakseimbangan dapat meninggalkan bekas yang merugikan.

Mantra dan Keheningan dalam Penciptaan Seni: Puisi menyentuh aspek spiritual dalam seni ukir kayu dengan menyebut "mantra jatuhnya serpih kayu." Hal ini menciptakan citra bahwa proses seni membutuhkan lebih dari sekadar teknik fisik, tetapi juga sebuah keheningan batin, ketenangan pikiran, dan keselarasan antara seniman dan mediumnya.

Puisi "Pelajaran Mengukir" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah puisi yang mempersembahkan metafora puitis tentang kehidupan melalui seni ukir kayu. Dengan menggunakan bahasa yang kreatif dan simbolisme yang kuat, penyair berhasil menyampaikan pelajaran hidup, kreativitas, dan perjalanan menuju keseimbangan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang proses pembelajaran, kreativitas, dan makna kehidupan yang dapat ditemukan melalui seni dan pengalaman sehari-hari.

"Puisi Lasinta Ari Nendra Wibawa"
Puisi: Pelajaran Mengukir
Karya: Lasinta Ari Nendra Wibawa
© Sepenuhnya. All rights reserved.