Puisi: Perempuan dalam Sajak (Karya Kurniawan Junaedhie)

Puisi "Perempuan dalam Sajak" membawa pembaca pada perjalanan emosional yang menggambarkan hubungan yang erat antara sajak dan perempuan, serta ...
Perempuan dalam Sajak
(Susy Ayu)


Bagaimana mungkin, 
seorang perempuan muncul dalam sajakku
Seperti pendar waktu, 
dan gigil kelam, 
dia leleh di pundakku
Licin bagai lilin, 
lidah kami kemudian berpilin
Kami menyelam dan berenangan di laut kata
Terasa ngilu. 
Giris dan lapar
Kami seakan tembikar terbakar 
dalam seonggok nafsu
Lalu, ujarku: sajak, kenapa perempuan itu 
masuk ke dalam kalimatku?


2009

Sumber: Perempuan dalam Secangkir Kopi (2010)

Analisis Puisi:
Puisi "Perempuan dalam Sajak" karya Kurniawan Junaedhie menggambarkan hubungan kompleks antara sajak dan perempuan. Dengan metafora dan bahasa yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan peran perempuan dalam dunia sastra.

Metafora Pendar Waktu dan Lilin: Metafora "seperti pendar waktu" menciptakan gambaran perempuan yang hadir dalam sajak seperti fenomena waktu yang datang begitu saja. Penggunaan lilin menyiratkan kelembutan dan kerapuhan perempuan dalam sajak.

Penggambaran Licin dan Lidah yang Berpilin: Deskripsi "licin bagai lilin, lidah kami kemudian berpilin" menciptakan citra sensual dan hubungan erat antara kata-kata sajak dengan perempuan. Lidah yang berpilin dapat merujuk pada keintiman dan kelembutan dalam berbicara.

Metafora Laut Kata: Metafora "kami menyelam dan berenangan di laut kata" memberikan gambaran kedalaman dan kompleksitas ekspresi dalam sajak. Perempuan dan sajak tenggelam bersama di dalam dunia kata-kata.

Nuansa Ngilu, Giris, dan Lapar: Pilihan kata seperti "ngilu," "giris," dan "lapar" menciptakan nuansa emosi yang kuat. Hal ini bisa mencerminkan rasa sakit, keinginan, dan hasrat yang terkandung dalam kata-kata sajak, sebagaimana perempuan juga dipahami melalui kompleksitasnya.

Tembikar Terbakar dan Nafsu: Deskripsi "tembikar terbakar dalam seonggok nafsu" menyoroti gairah dan kehausan di dalam dunia sajak. Perempuan menjadi metafora bagi nafsu dan keinginan yang terekspresikan melalui kata-kata sajak.

Pertanyaan pada Sajak: Pernyataan "Lalu, ujarku: sajak, kenapa perempuan itu masuk ke dalam kalimatku?" menciptakan dialog antara penulis dan karyanya. Ini menggambarkan pemberian suara pada sajak sebagai objek yang hidup, mampu merespon dan berinteraksi.

Puisi "Perempuan dalam Sajak" menggambarkan perempuan sebagai elemen vital dan kompleks dalam dunia sastra. Melalui metafora yang kuat, Kurniawan Junaedhie membawa pembaca pada perjalanan emosional yang menggambarkan hubungan yang erat antara sajak dan perempuan, serta kompleksitas dalam merangkai kata-kata sebagai ungkapan perasaan dan kehidupan.

Kurniawan Junaedhie
Puisi: Perempuan dalam Sajak
Karya: Kurniawan Junaedhie

Biodata Kurniawan Junaedhie:
  • Kurniawan Junaedhie lahir pada tanggal 24 November 1956 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.