Puisi: Ponsel (Karya Lasinta Ari Nendra Wibawa)

Puisi "Ponsel" merupakan kritik terhadap peran teknologi dalam kehidupan manusia, menimbulkan pertanyaan tentang hubungan antara manusia dan ...
Ponsel

Wajah siapa yang paling lama ditatap bola matamu
tubuh siapa yang paling rutin dipijit jari tanganmu
suara siapa yang paling rajin mengusik telingamu
selain daripada aku.

Kulit siapa yang tak kau biarkan berdebu
geliat siapa yang tak kau izinkan membatu
mulut siapa yang tak kau harapkan membisu
selain daripada aku.

Yang memulai percakapan dengan sentuhan
yang mengusir kejenuhan dengan jentikan
yang melipat keperluan dengan ketikan
adakah selain aku.

Yang menjadi sahabat tanpa perjamuan
yang menjadi kekasih tanpa kesepakatan
yang ada di ranjangmu tanpa pernikahan
adakah selain aku.

Adalah benda yang senantiasa kau bawa
berhak menyela rutinitasmu kapan saja
sampai keberadaannya selalu kau jaga
meski tak mengajarimu arti setia.

Surakarta, 7 September 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Ponsel" karya Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah sebuah refleksi tentang bagaimana teknologi, khususnya ponsel, telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia.

Ketergantungan dan Kehadiran Konstan: Puisi ini dibuka dengan serangkaian pertanyaan retoris yang menyoroti ketergantungan manusia pada ponsel mereka. Dengan bertanya siapa yang paling sering dilihat, dipijit, dan diusik oleh pengguna, puisi menyoroti bagaimana ponsel hadir dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.

Personifikasi Ponsel: Penggunaan bahasa dalam puisi ini memberikan karakteristik manusia pada ponsel, menggambarkannya seolah-olah memiliki hubungan personal dengan pemiliknya. Ponsel dianggap sebagai teman, sahabat, bahkan kekasih tanpa perjanjian formal, menyoroti tingkat keintiman yang dianggap oleh pengguna terhadap teknologi mereka.

Pengaruh Teknologi terhadap Hubungan Manusia: Puisi ini menggambarkan bagaimana teknologi, khususnya ponsel, telah memengaruhi hubungan antarmanusia. Meskipun ponsel memberikan kemudahan dan koneksi, mereka juga dapat mengganggu keterlibatan emosional dan keintiman dalam hubungan interpersonal yang nyata.

Pertanyaan Etis dan Moral: Puisi ini mengajukan pertanyaan tentang batas-batas keintiman dan ketergantungan pada teknologi. Meskipun ponsel memungkinkan komunikasi yang mudah, apakah kehadiran konstan mereka mengurangi kualitas interaksi manusia yang sebenarnya?

Refleksi tentang Kesetiaan dan Keterhubungan: Akhir puisi menyoroti ironi bahwa meskipun ponsel selalu ada, mereka tidak bisa mengajarkan arti sejati dari kesetiaan. Ini menunjukkan refleksi yang dalam tentang bagaimana teknologi, sementara dapat memenuhi kebutuhan praktis, tidak dapat menggantikan kehadiran dan keterhubungan yang mendalam antara manusia.

Puisi "Ponsel" merupakan kritik terhadap peran teknologi dalam kehidupan manusia, menimbulkan pertanyaan tentang hubungan antara manusia dan teknologi serta dampaknya terhadap kehidupan interpersonal dan emosional.

"Puisi Lasinta Ari Nendra Wibawa"
Puisi: Ponsel
Karya: Lasinta Ari Nendra Wibawa
© Sepenuhnya. All rights reserved.