Puisi: Sederak Pintu (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi "Sederak Pintu" memanfaatkan bahasa yang indah dan penuh imaji untuk mengekspresikan perasaan kehilangan dan kematian. Penggunaan citra dan ...
Sederak Pintu


Cahaya di jendela
mataku seperti akan gugur
namun ada yang tergelincir
lebih dulu ke tebing curam
tempat seluruh airmata
gelar kenduri duka
di atas nisan
pekuburan
bulan-matahari
jantung menderu
simfonikan rindu
pada seraut maut
di muka pintu.


Cilegon, Banten, 8 Juni 2012

Analisis Puisi:
Puisi "Sederak Pintu" karya Muhammad Rois Rinaldi merupakan karya yang sarat dengan imaji dan simbolisme, menciptakan suasana yang mendalam dan penuh makna.

Citra Cahaya dan Guguran: Puisi ini dimulai dengan citra cahaya di jendela yang memberikan kesan bahwa waktu akan berakhir atau sesuatu akan berakhir. Kata "gugur" memberikan nuansa yang dramatis, mungkin merujuk pada kematian atau kehilangan yang mendalam.

Guguran ke Tebing Curam: "Ada yang tergelincir lebih dulu ke tebing curam" menunjukkan peristiwa tragis atau penderitaan yang telah terjadi sebelumnya. Tebing curam dapat diartikan sebagai perjalanan hidup yang penuh rintangan dan kesulitan.

Kenduri Duka di Atas Nisan: Metafora "gelar kenduri duka di atas nisan" menggambarkan suasana berkabung atau kesedihan yang terjadi di tempat pemakaman. Ini memberikan kontras antara kehidupan dan kematian, serta menyoroti penderitaan yang dialami oleh manusia.

Pekuburan Bulan-Matahari: Puisi ini memuat citra pekuburan yang dihubungkan dengan bulan-matahari. Ini mungkin mengisyaratkan mengenai siklus hidup dan kematian yang terus berlanjut, menciptakan gambaran alam semesta yang abadi dan tak terbatas.

Simfoni Rindu pada Seraut Maut: Ekspresi "simfoni rindu pada seraut maut" menggambarkan nuansa kesedihan dan kehilangan. Simfoni rindu adalah cara penyair menggambarkan perasaan melalui kata-kata yang indah dan musikal, sedangkan "seraut maut" mungkin mengacu pada wajah kematian atau kehilangan yang mendalam.

Muka Pintu: Puisi ini mencapai puncaknya dengan menyebutkan "di muka pintu". Pintu bisa menjadi simbol peralihan atau perbatasan antara kehidupan dan kematian. Ungkapan ini menimbulkan kesan bahwa sesuatu yang signifikan atau penuh makna terjadi di ambang pintu.

Puisi "Sederak Pintu" memanfaatkan bahasa yang indah dan penuh imaji untuk mengekspresikan perasaan kehilangan dan kematian. Penggunaan citra dan simbolisme memberikan kedalaman pada puisi ini, memungkinkan pembaca untuk meresapi dan merenung atas makna yang terkandung di dalamnya. Melalui kata-kata yang indah, Muhammad Rois Rinaldi menciptakan sebuah karya yang menggugah emosi dan pemikiran pembaca.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Sederak Pintu
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.