Puisi: Sementara Kita Saling Berbisik (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Sementara Kita Saling Berbisik" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang menggambarkan momen intim dalam hubungan dua orang yang ...
Sementara Kita Saling Berbisik


sementara kita saling berbisik
untuk lebih lama tinggal
pada debu, cinta yang tinggal berupa
bunga kertas dan lintasan angka-angka.

ketika kita saling berbisik
di luar semakin sengit malam hari
memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api
sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi


1966

Sumber: Mata Jendela (2001)

Analisis Puisi:
Puisi "Sementara Kita Saling Berbisik" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya yang menggambarkan momen intim dalam hubungan dua orang yang saling berbicara secara perlahan, sambil merenungkan keadaan di sekitar mereka. Berikut adalah analisis dari puisi ini:

Keintiman dalam Hubungan: Puisi ini menyoroti momen keintiman antara dua orang yang saling berbicara dengan berbisik. Kata "sementara" menunjukkan bahwa momen ini hanya bersifat sementara dan mungkin tidak berlangsung lama. Hubungan yang intim ini dapat menjadi metafora dari hubungan romantis atau persahabatan yang dekat.

Tinggal pada Debu, Cinta, dan Angka-Angka: Puisi ini menggunakan gambaran debu, cinta berupa bunga kertas, dan angka-angka untuk merujuk pada aspek-aspek penting dalam kehidupan dan hubungan. Debu mewakili sesuatu yang sementara, sementara cinta berupa bunga kertas dapat menggambarkan cinta yang mudah layu. Angka-angka mungkin merujuk pada masa lalu atau perhitungan terkait hubungan. Dalam konteks ini, ketiga elemen ini menunjukkan kerapuhan dan sifat sementara dari hubungan atau keadaan manusia.

Kontras Antara Dalam dan Luar: Ada kontras yang ditunjukkan antara momen keintiman dalam hubungan ("sementara kita saling berbisik") dengan keadaan di luar ("di luar semakin sengit malam hari"). Kontras ini mungkin mencerminkan perbedaan antara momen-momen pribadi dan intim dalam hubungan dengan realitas dunia luar yang keras dan tak terelakkan.

Simbolisme Alam dan Waktu: Malam hari, bekas telapak kaki, unggun api, dan fajar merupakan elemen-elemen alam yang mewakili waktu dan perubahan. Puisi ini menciptakan suasana waktu yang berjalan dan perubahan yang tak terelakkan. Keberadaan yang "masih bersikeras abadi" mungkin mengacu pada bagian dalam diri seseorang yang ingin melestarikan momen keintiman dan menghindari perubahan.

Makna Keseluruhan: Puisi ini mengeksplorasi tema-tema cinta, hubungan, kerapuhan, dan perubahan. Melalui gambaran-gambaran alam dan momen keintiman, penulis menghadirkan perasaan kedekatan dan ketidakpastian dalam hubungan. Puisi ini juga menyiratkan bahwa momen-momen indah dalam hubungan mungkin sementara, namun tetap berharga dan bisa dikenang.

Puisi "Sementara Kita Saling Berbisik" karya Sapardi Djoko Damono adalah penggambaran momen keintiman dalam hubungan dua orang yang saling berbicara secara perlahan. Dengan menggambarkan kerapuhan hubungan melalui gambaran debu, bunga kertas, dan angka-angka, serta kontras antara momen intim dengan dunia luar yang keras, puisi ini menyampaikan pesan tentang kerapuhan dan perubahan dalam hubungan manusia. Simbolisme alam dan waktu juga menambahkan lapisan makna tentang keberlangsungan hubungan dalam menghadapi perubahan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Sementara Kita Saling Berbisik
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.