Puisi: Setelah Bendera Itu Dikibarkan (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi "Setelah Bendera Itu Dikibarkan" karya Muhammad Rois Rinaldi mengungkapkan perasaan dan pemikiran yang dalam terkait dengan nasionalisme, ...
Setelah Bendera itu Dikibarkan


Sekarang Anda menyanyikan lagu kebangsaan
di negeri kami. Kami tidak mengenali lagu itu, tapi
Anda memaksa kami menyanyikannya.
Mulut kami terbata-bata mengikuti mulut Anda.
Ayah kami yang patah giginya Anda paksa juga.
Kami hanya berdaham ketika melihat ludah
di kopyah ayah. Kami yang tidak lagi punya hati
kepada hari-hari upacara dijadikan
seremonial. Jiwa kami tidak ada harga. Tubuh
kami hanya patung hias. Dalam rencana-rencana
tersulubung, kami tidak boleh teriak.
Karena kami menanggung hutang kepada Anda.
Tetapi bagaimana kami dapat mengembalikan
yang tidak pernah kami ambil?

Kami bicara kepada Anda dengan bahasa sandi.
Kami kehilangan suara dan tenaga
tidak berguna. Karena bendera Anda telah dikibarkan
lagu-lagu kami tinggal ratapan lelaki
yang selalu menangis di nada-nada minor.
Anak-anak memang masih merangkai bunga
tapi bunga-bunga itu masa depan
yang mudah gugur dalam permainan tangan.
Mereka tidak melihat kenyataan.
Kenyataan hanya ada di televisi.
Hanya dalam streaming yang Anda ciptakan
dari halusinasi peradaban tanpa haluan.
Anda hadirkan nama-nama pahlawan kami
sebagai masa lalu; cita-cita moyang sebagai
makhluk purba; dan setiap hal di hari ini juga
selanjutnya adalah milik Anda.

Kami beratus juta jiwa hanya buruh murah;
hanya petani yang kalah dalam perebutan tanah;
hanya nelayan yang terusir dari setiap laut;
hanya pegawai sipil kelas rendah; hanya petugas
partai yang diangkangi pemilik modal. Kami
beratus juta jiwa yang selalu diam ketika Anda
meratakan gunung kami. Anda rengggut
sawah kebun kami. Kami yang tidak lagi punya
pantai hidup di tanah-tanah landai.
Kami masih di sini karena angan-angan
tentang kemuliaan hidup dalam kemerdekaan
atau tidak untuk apapun.

Kepada anak cucu, kami menanggung dosa.
Karena warisan bagi mereka bukan tanah daulat
tapi ketidakberdayaan. Kelak mereka takkan tiba
di kubur kami. Tanah bagi kubur kami
tidak ada. Kubur kami ada di angin.
Jerit penyesalan kami menjadi mitos pada malam-
malam hampa di antara rengek bayi-bayi lapar
di rumah-rumah yang sepi kasih sayang.
Kami dalam setiap ingatan berwajah jelek
dan menjengkelkan. Selain itu tidak ada.
Karena sejarah Anda yang punya. Tulisan-tulisan
kami di dinding  gampang usang, sedangkan
jutaan hektar kertas yang Anda cetak
terus dibentangkan.

Nyanyikanlah. Nyanyikan lagu kebangsaan itu.
Di bawah bendera Anda kami patung hias.
Beratus juta jiwa kami terkungkung dalam tubuh
bertumbangan.


2016

Analisis Puisi:
Puisi "Setelah Bendera Itu Dikibarkan" karya Muhammad Rois Rinaldi adalah sebuah karya sastra yang mengungkapkan perasaan dan pemikiran yang dalam terkait dengan nasionalisme, pemerintahan, dan perasaan rakyat terhadap negara.

Penolakan Terhadap Kebangsaan yang Dianut: Puisi ini dimulai dengan penggambaran bahwa pembicara dan masyarakatnya dipaksa untuk menyanyikan lagu kebangsaan yang mereka tidak kenali. Hal ini menunjukkan ketidakpuasan dan penolakan terhadap aspek-aspek kebangsaan yang diterapkan oleh pemerintah.

Kehilangan Identitas dan Kemuliaan: Puisi ini mengekspresikan bahwa rakyat merasa telah kehilangan identitas dan kemuliaan mereka. Mereka mengalami perasaan bahwa sejarah dan budaya mereka telah digantikan atau diabaikan oleh pemerintah, dan mereka merasa sebagai buruh murah, petani yang kehilangan tanah, dan nelayan yang terusir.

Kritik Terhadap Pembangunan: Puisi ini mencerminkan kritik terhadap pembangunan yang memengaruhi lingkungan dan kehidupan masyarakat. Rakyat merasa pemerintah merenggut sumber daya alam dan memusnahkan lingkungan mereka tanpa memedulikan nasib mereka.

Masa Depan yang Suram: Puisi ini menggambarkan bahwa rakyat merasa masa depan mereka suram dan terkungkung dalam keadaan yang buruk. Mereka merasa tidak memiliki tanah, harapan, atau hak atas kehidupan yang lebih baik.

Dosa yang Diturunkan: Puisi ini menyatakan bahwa rakyat merasa mereka menanggung dosa yang akan diturunkan kepada generasi berikutnya. Mereka merasa bahwa warisan yang mereka berikan kepada anak dan cucu mereka bukan berupa tanah atau kemerdekaan, melainkan ketidakberdayaan.

Sejarah yang Tidak Diakui: Puisi ini menyuarakan bahwa sejarah dan tulisan-tulisan rakyat tidak diakui atau dianggap usang oleh pemerintah. Sebaliknya, sejarah yang mereka miliki dikuasai oleh pemerintah, dan rakyat dianggap sebagai patung hias yang dipaksa berpartisipasi dalam seremoni kebangsaan.

Jeritan Penyesalan dan Ketidakberdayaan: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran yang sangat kuat tentang jeritan penyesalan dan ketidakberdayaan rakyat. Mereka merasa terkurung dan tak berdaya di bawah pemerintahan yang tidak memahami atau peduli terhadap penderitaan mereka.

Puisi "Setelah Bendera Itu Dikibarkan" mengungkapkan perasaan ketidakpuasan, penolakan, dan penderitaan rakyat yang merasa bahwa mereka telah kehilangan identitas dan kemuliaan mereka di bawah pemerintahan yang otoriter. Puisi ini menghadirkan gambaran yang kuat tentang perasaan ketidakadilan dan ketidakberdayaan yang dialami oleh banyak orang di bawah sistem pemerintahan yang tidak memedulikan kepentingan mereka.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Setelah Bendera Itu Dikibarkan
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.