Puisi: Susu (Karya Kinanthi Anggraini)

Puisi "Susu" karya Kinanthi Anggraini membahas tentang hubungan antara seorang ibu dan anak yang baru lahir, khususnya dalam konteks menyusui.
Susu


Dari dua buah dada telanjang
disambut kepala mungil telentang

menghisap puting yang tak pernah tidur
dari kau terjaga hingga mendengkur.


Juni, 2015

Sumber: Fajar Sumatera (Jumat, 7 Agustus 2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Susu" karya Kinanthi Anggraini adalah sebuah karya yang pendek namun mengandung makna yang mendalam. Puisi ini membahas tentang hubungan antara seorang ibu dan anak yang baru lahir, khususnya dalam konteks menyusui. Meskipun puisi ini terlihat sederhana, ia menyampaikan perasaan cinta dan ketulusan.

Hubungan Ibu dan Anak: Puisi ini adalah sebuah penggambaran dari hubungan yang sangat dekat dan khusus antara seorang ibu dan anaknya yang baru lahir. Dua buah dada yang telanjang adalah simbol dari cinta dan pemberian yang tak terkalahkan yang dimiliki oleh seorang ibu terhadap anaknya.

Kehidupan yang Terus-Menerus: Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketekunan dan kesetiaan seorang ibu. Ibu selalu siap memberikan susu dan perhatian kepada bayinya, bahkan ketika bayi tersebut "mendengkur." Ini adalah penggambaran tentang ketidakkenalannya waktu atau hari. Hubungan antara ibu dan anak adalah konstan dan berlangsung sepanjang waktu.

Simbol Puting: Kata "menghisap puting yang tak pernah tidur" adalah gambaran yang kuat tentang ketulusan dan dedikasi seorang ibu. Puting susu adalah sumber nutrisi dan kenyamanan bagi bayi, dan ia "tak pernah tidur" menggambarkan keterusannya dalam memberikan apa yang diperlukan.

Kesederhanaan: Puisi ini sederhana dalam ekspresinya, tetapi sangat kuat dalam menyampaikan pesan. Ketidakluaran kata-kata yang berlebihan menciptakan kesan yang lebih dalam tentang kasih sayang, kesetiaan, dan hubungan yang terus-menerus antara seorang ibu dan anak.

Keindahan dalam Kesederhanaan: Meskipun puisi ini hanya terdiri dari empat baris, ia menghadirkan keindahan dalam kesederhanaan. Puisi ini menangkap momen khusus dalam kehidupan seorang ibu dan anak, yang sering kali dianggap sepele, tetapi penuh dengan keindahan dan arti mendalam.

Puisi "Susu" adalah sebuah karya yang sederhana namun mengandung makna yang mendalam tentang hubungan antara seorang ibu dan anak yang baru lahir. Ia merayakan cinta, ketulusan, dan hubungan yang berlangsung sepanjang waktu.

Kinanthi Anggraini
Puisi: Susu
Karya: Kinanthi Anggraini

Biodata Kinanthi Anggraini:
    Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.

    Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.

    Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.

    Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.