Puisi: Tanah (Karya Putu Oka Sukanta)

Puisi "Tanah" karya Putu Oka Sukanta menggambarkan perjalanan manusia yang mengalir bersama tanah airnya, menghadapi kesulitan dan perjuangan hidup.
Tanah

Diraupnya segenggam tanah dari halaman tanah 
airnya
Diraupnya dari bungkahan pematang sawah 
ladangnya
Ditempelkannya di dada menyambut degup 
jantungnya
Sambil melangkah menghapus lelehan air matanya.

Begitu banyak orang kalah
Begitu sering orang menyerah.

Dari puncak menara
Menatap bumi kecintaannya
merenungi oase-oase air mata
Yang tak kering dalam kerontang melata
Di bawah kerlap kerlip lampu beragam cahaya
Dalam tangis yang dipendam ia berteriak:
Merdeka.

Jakarta, Juli 1995

Sumber: Perjalanan Penyair (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Tanah" karya Putu Oka Sukanta adalah suatu karya yang mengandung lapisan makna mendalam, dengan penggunaan bahasa yang sederhana tetapi memukau.

Tanah Sebagai Simbol Kesuburan dan Identitas: Puisi ini dibuka dengan gambaran seseorang meraih segenggam tanah dari halaman tanah dan airnya. Tanah di sini bisa diartikan sebagai simbol kesuburan dan identitas. Dengan meraih tanah, pelaku dapat merasakan keterikatan dengan tanah air dan akar budayanya.

Pemberdayaan dari Tanah: Proses meraih tanah dari berbagai sumber, seperti bungkahan pematang sawah dan ladang, menggambarkan pemberdayaan. Tanah di sini bukan hanya sebagai bahan fisik, melainkan juga sebagai sumber kekuatan dan inspirasi yang diperoleh dari kerja keras.

Simbolisme Lelehan Air Mata: Lelehan air mata yang dihapus sambil melangkah menyoroti kesedihan dan tantangan dalam hidup. Penggunaan tanah sebagai penghapus air mata bisa diartikan sebagai kekuatan tanah untuk menyembuhkan dan memberi kekuatan dalam menghadapi kesulitan.

Kegigihan dan Ketekunan: Pada bait berikutnya, penyair mencermati banyak orang yang kalah dan sering menyerah. Hal ini menciptakan gambaran kegigihan dan ketekunan yang diperlukan dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan.

Menatap Bumi Kecintaan: Gaya bahasa "menatap bumi kecintaannya" memberikan nuansa afektif dan emosional. Ini menciptakan citra seseorang yang merenungi dan mencintai tanah airnya, mengingat oase-oase air mata yang tetap hidup meski di tengah keringnya lahan.

Tangis Terpendam dan Teriakan Merdeka: Pada akhirnya, puisi menegaskan tangis yang dipendam yang berubah menjadi teriakan "Merdeka". Ini adalah ungkapan semangat perjuangan, keinginan untuk kebebasan, dan tekad untuk mengatasi segala kesulitan.

Puisi "Tanah" karya Putu Oka Sukanta menggambarkan perjalanan manusia yang mengalir bersama tanah airnya, menghadapi kesulitan dan perjuangan hidup. Dengan penggunaan simbolisme yang kuat dan bahasa yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna keberanian, ketahanan, dan cinta terhadap tanah air.

"Puisi Putu Oka Sukanta"
Puisi: Tanah
Karya: Putu Oka Sukanta
© Sepenuhnya. All rights reserved.