Sumber: Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Terlarang" karya Kinanthi Anggraini adalah sebuah ungkapan puitis yang membahas tentang pertarungan argumen dan kekuasaan, serta ketidaksetaraan dalam komunikasi. Puisi ini menciptakan gambaran tentang dinamika kekuasaan dan penggunaan kata-kata dalam interaksi manusia.
Penggambaran Pertarungan: Puisi dimulai dengan penggambaran suara dan gerakan yang beradu dengan intensitas yang menggelegar. Ini menciptakan suasana pertarungan argumen yang berlangsung dengan semangat dan ketegangan.
Dinamika Argumen: Penyair menggambarkan tangan-tangan yang bergetar namun belum sepenuhnya gentar. Ini menggambarkan ketegangan dan semangat dalam pertarungan argumen. Meskipun ada ketidakpastian, namun semangat untuk berpendapat tetap ada.
Dinding Semen Permanen: Dinding semen permanen digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan hambatan atau penghalang dalam komunikasi. Ini bisa merujuk pada pembatas fisik atau psikologis yang menghambat dialog dan pemahaman.
Beradu Kata: Meskipun tidak ada kontak mata, penyair menyoroti pertarungan kata-kata yang intens. Kata-kata menjadi senjata utama dalam pertarungan ini, dan penekanannya pada kata "beradu" dan "dipasung" menciptakan gambaran kekerasan verbal.
Kekuasaan dan Intimidasi: Penyair menggambarkan penggunaan kekuasaan dan intimidasi dalam komunikasi. Ada pencitraan seorang pemimpin yang menggunakan bualan dan intimidasi untuk mendominasi dan mengendalikan situasi.
Kesan Pilu: Suara dan gerakan yang digambarkan sebelumnya kontras dengan kesan pilu pada bagian akhir puisi. Senyum yang hanyut pilu menciptakan perasaan sedih dan terkendali di tengah kekerasan dan kekuasaan yang ada.
Kesetaraan dalam Komunikasi: Puisi ini menggambarkan adanya ketidaksetaraan dalam komunikasi antara pihak yang terlibat. Terdapat elemen dominasi dan ketidakmampuan untuk berdialog dengan baik, sehingga menciptakan suasana ketidaksetaraan dalam menyampaikan pendapat.
Puisi "Terlarang" karya Kinanthi Anggraini adalah ekspresi puitis yang menggambarkan pertarungan argumen, ketidaksetaraan dalam komunikasi, serta penggunaan kekuasaan dan intimidasi. Melalui gambaran kata-kata yang beradu dan emosi yang terkendali, puisi ini berhasil menciptakan suasana yang kompleks dalam menggambarkan dinamika hubungan manusia dalam interaksi.
Karya: Kinanthi Anggraini
Biodata Kinanthi Anggraini:
Kinanthi Anggraini lahir pada tanggal 17 Januari 1989 di Magetan, Jawa Timur.
Karya-karya Kinanthi Anggraini pernah dimuat di berbagai media massa lokal dan nasional, antara lain Horison, Media Indonesia, Indopos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Basis, Sinar Harapan, Banjarmasin Post, Riau Pos, Lampung Post, Solopos, Bali Post, Suara Karya, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Minggu Pagi, Bangka Pos, Majalah Sagang, Malang Post, Joglosemar, Potret, Kanal, Radar Banyuwangi, Radar Bojonegoro, Radar Bekasi, Radar Surabaya, Radar Banjarmasin, Rakyat Sumbar, Persada Sastra, Swara Nasional, Ogan Ilir Ekspres, Bangka Belitung Pos, Harian Haluan, Medan Bisnis, Koran Madura, Mata Banua, Metro Riau, Ekspresi, Pos Bali, Bong-Ang, Hayati, MPA, Puailiggoubat, Suara NTB, Cakrawala, Fajar Sumatera, Jurnal Masterpoem Indonesia, dan Duta Selaparang.
Puisi-puisi Kinanthi Anggraini terhimpun di dalam buku Mata Elang Biru (2014) dan Bunga-Bunga Bunuh Diri di Babylonia (2018). Karya-karyanya juga diterbitkan dalam cukup banyak buku antologi bersama.
Nama Kinanthi Anggraini tertulis dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017).