Puisi: Terlepas (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi "Terlepas" menciptakan gambaran penderitaan dan pembebasan diri dari kutuk dan mimpi. Dengan mengeksplorasi konflik batin, penderitaan ...
Terlepas

Sesungguhnya aku tak pernah percaya pada kutuk, bu
karena setiap malam kau selalu mengajarkan doa-doa
dan menutup semua dongengan dengan satu kecupan
sebelum akhirnya kantuk merampasku ke ruang fana
ruang yang kausebut mimpi tempat tumbuh bebunga.

Tapi setiap pagi buka mata, layang-layang putus benang
jangkrik mati atas pematang dan kerianganku, bu....
keriangan berada di tempat asing yang tak tersentuh.

Kini aku tak pernah tidur bu, menolak mimpi-mimpi
menjadikan malam musuh bebuyutan, kuperangi ia
tapi bu, ini lebih menyakitkan dari kekanak yang retak
kelereng hilang, dari kembara tak tahu arah kembali.

Barangkali benar, selalu ada cara menimpakan kutuk
kini jadilah aku penyair, menelan pahitnya insomnia
mengimbangi setiap gerak dada dengan leliuk kata
merimba ke mana-mana demi secawan arak makna.

Membayang seluruh kisah bocah yang dirampok waktu
membayang, bu. Hingga kepayang dan kejang-kejang
dan hanya kenang-mengenang - lukalah bagi yang terlepas

Cilegon, 2013

Analisis Puisi:
Puisi "Terlepas" karya Muhammad Rois Rinaldi merangkum dalam dirinya nuansa penderitaan, kehilangan, dan upaya penyair untuk membebaskan diri dari beban-beban yang meratap.

Kutuk dan Doa: Puisi dimulai dengan penolakan terhadap kepercayaan pada kutuk, yang bertentangan dengan pengajaran doa-doa ibu. Hal ini menciptakan konflik antara kepercayaan tradisional dan pembangkangan penyair terhadapnya. Doa-doa yang diajarkan oleh ibu menjadi kontras dengan pengalaman yang menyakitkan di malam hari.

Mimpi sebagai Tempat Tumbuh: Dongeng dan mimpi sering dihubungkan dengan tempat tumbuh bebunga. Meskipun begitu, penyair menunjukkan bahwa realitasnya lebih rumit. Layang-layang putus benang dan jangkrik mati menciptakan gambaran kehilangan dan kehampaan. Tempat tumbuh bebunga yang diharapkan justru tergantikan oleh keriangan yang hilang di tempat yang asing.

Penolakan Terhadap Mimpi: Penyair menyatakan penolakan terhadap mimpi, menjadikannya musuh bebuyutan. Hal ini mencerminkan ketidakmampuan untuk menemukan ketenangan dalam mimpi dan keputusasaan yang melibatkannya.

Pertarungan Diri dan Kutuk Penyair: Penolakan tidur dan penolakan mimpi menjadi bagian dari pertarungan diri penyair. Dengan menolak mimpi, ia memilih merangkak dalam keadaan terlepas, terbebas dari keterikatan emosi yang terdapat dalam mimpi.

Insomnia sebagai Penderitaan: Insomnia menjadi penderitaan utama penyair. Penderitaan ini disandingkan dengan kehilangan benda-benda kecil seperti kelereng dan kembara tanpa arah kembali. Hal ini memberikan dimensi nyata dan simbolis pada kesulitan hidup yang dihadapi penyair.

Penyair sebagai Pencari Makna: Penyair menggambarkan dirinya sebagai seorang penyair yang menelan pahitnya insomnia dan berusaha mencari makna hidup dengan merimbanya "demi secawan arak makna." Ini menciptakan gambaran seorang penyair yang berusaha mencari pemahaman dan makna di tengah penderitaannya.

Kenangan Terlepas: Puisi ini diakhiri dengan kenangan yang "terlepas." Kata-kata ini memberikan nuansa kehilangan yang mendalam, merujuk pada penderitaan dan kenangan yang sulit untuk dipegang.

Puisi "Terlepas" menciptakan gambaran penderitaan dan pembebasan diri dari kutuk dan mimpi. Dengan mengeksplorasi konflik batin, penderitaan penyair, dan usaha untuk mencari makna, puisi ini memberikan gambaran kompleks tentang perjalanan emosional dan intelektual penyair.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Terlepas
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.