Puisi: Mengutuk Masa Lalu (Karya Raedu Basha)

Puisi "Mengutuk Masa Lalu" karya Raedu Basha memperlihatkan konflik emosional dan perasaan penolakan terhadap masa lalu.
Mengutuk Masa Lalu


Dan meledak
semua ingatan-ingatan yang mengapi selama ini
sumbu-sumbu menyala di tiap angka zaman
kobarannya membakar segala yang bertahan
termasuk luka yang tanggal di degab dada.

Tapi membekas
tak ada kenangan hangus
biar telah terbakar, namun arang lebih hitam dari malam
seburuk langit kelam dalam pekat dendam
coreng kenang terkembang berang.

Pada debu, tak sezarah pun aus
abu tak mudah lupakan lahapnya api membakar kayu
dalam janji-janji setia yang purba.


2015

Analisis Puisi:
Puisi "Mengutuk Masa Lalu" karya Raedu Basha adalah karya yang memperlihatkan konflik emosional dan perasaan penolakan terhadap masa lalu. Dalam puisi ini, penyair menciptakan gambaran perasaan yang kuat tentang upaya untuk menghapus dan mengecam kenangan masa lalu.

Ledakan Emosi: Puisi ini dibuka dengan kata-kata "Dan meledak," menciptakan gambaran ledakan emosi yang kuat. Penyair mengekspresikan perasaan yang begitu kuat sehingga sulit untuk ditekan, dan itu mengarah pada pelepasan emosi yang mendalam.

Mengutuk Masa Lalu: Judul puisi, "Mengutuk Masa Lalu," memberikan petunjuk tentang tema sentral puisi ini. Penyair menciptakan citra seolah-olah dia sedang mengutuk masa lalu dan semua kenangan yang telah ia simpan. Ini bisa dipahami sebagai upaya untuk melepaskan diri dari ketidaknyamanan dan rasa sakit yang terkait dengan kenangan tersebut.

Pembakaran Kenangan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang pembakaran kenangan, yang merupakan tindakan simbolis untuk menghilangkan kenangan tersebut. Namun, walau sebagian kenangan tersebut terbakar dan hilang, ada yang tetap terbekas, seperti "arang lebih hitam dari malam." Ini mencerminkan ide bahwa beberapa kenangan akan selalu menghantui meskipun berusaha untuk melupakan.

Dekonstruksi Masa Lalu: Puisi ini menggambarkan pemrosesan emosional yang mendalam tentang masa lalu. Penyair mencoba untuk meledakkan dan menghancurkan kenangan masa lalu, tetapi di akhir puisi, dia menyadari bahwa beberapa kenangan tidak bisa dihapus. Ini mencerminkan ketidakmungkinan menghilangkan masa lalu sepenuhnya dan pentingnya menerima sebagian dari kenangan tersebut sebagai bagian dari diri.

Gaya Bahasa: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan deskriptif untuk menyampaikan perasaan dan konflik emosional dalam puisi ini. Ia menciptakan gambaran yang kuat, seperti "arang lebih hitam dari malam" dan "seburuk langit kelam dalam pekat dendam," untuk menggambarkan perasaan penolakan dan kemarahan terhadap masa lalu.

Puisi "Mengutuk Masa Lalu" menciptakan gambaran yang kuat tentang konflik emosional dan upaya untuk menghadapi kenangan yang mempengaruhi seseorang. Ini adalah puisi yang mengekspresikan perasaan yang mendalam dan mungkin juga menjadi sebuah proses pemulihan dan penerimaan terhadap masa lalu yang sulit.

"Puisi Raedu Basha"
Puisi: Mengutuk Masa Lalu
Karya: Raedu Basha
© Sepenuhnya. All rights reserved.