Analisis Puisi:
Puisi "Olahraga" karya Remy Sylado adalah sebuah pengamatan singkat namun dalam tentang perbedaan pendekatan terhadap olahraga antara orang kota dan orang desa.
Kontras antara Orang Kota dan Orang Desa: Dalam puisi ini, penyair menyoroti perbedaan dalam cara orang kota dan orang desa mendekati olahraga. Orang kota cenderung melakukan olahraga di fitness centre dengan mengangkat barbel, sementara orang desa melakukan olahraga dengan memacul tanah di sawah atau ladang.
Makna Olahraga: Penyair menunjukkan bahwa motivasi di balik melakukan olahraga juga berbeda. Orang kota mungkin melakukannya karena anjuran atau dorongan untuk menjaga kesehatan, sementara orang desa mungkin sudah terbiasa melakukannya karena kegiatan sehari-hari mereka yang mengharuskan mereka beraktivitas di lapangan atau sawah.
Perbedaan Gaya Hidup dan Lingkungan: Puisi ini mencerminkan perbedaan gaya hidup dan lingkungan antara orang kota dan orang desa. Orang kota cenderung memiliki akses lebih mudah ke fasilitas olahraga modern, sementara orang desa terbiasa dengan kegiatan fisik yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kritik Terhadap Urbanisasi: Penyair juga mungkin menyelipkan kritik terhadap urbanisasi dan kehilangan keterhubungan dengan alam serta kegiatan fisik yang terjadi di desa. Perubahan gaya hidup dari aktifitas fisik di alam terbuka menjadi lebih terfokus pada aktivitas di dalam ruangan bisa berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan.
Penutup yang Menggugah: Dengan mengakhiri puisi dengan perbandingan sederhana antara dua gaya hidup yang berbeda, penyair meninggalkan kesan yang menggugah. Pembaca diundang untuk merenungkan makna olahraga, hubungan dengan lingkungan, dan bagaimana gaya hidup kita memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan kita.
Puisi "Olahraga" karya Remy Sylado adalah sebuah refleksi tentang perbedaan pendekatan terhadap olahraga antara orang kota dan orang desa. Dengan gaya bahasa yang sederhana, puisi ini menyoroti aspek-aspek sosial, lingkungan, dan kesehatan yang relevan dalam masyarakat kontemporer.
Karya: Remy Sylado