Puisi: Tiada Air Mata bagi Seorang Bedebah (Karya Remy Sylado)

Puisi "Tiada Air Mata bagi Seorang Bedebah" karya Remy Sylado membawa pembaca masuk ke dalam perenungan mendalam tentang impian, kekecewaan, dan ...
Tiada Air Mata bagi Seorang Bedebah


Ia membangun rumah di atas harkat impian
bertiang dendam berjajar-jajar
berlantai harap bertingkat-tingkat
berjendela rindu bergandeng-gandeng
padahal di atasnya ia cuma butuh satu atap
yang menutup rahasia dari kuasa satu matahari
menembus gudang penyimpan segala rombeng nestapa.

Asal hatinya menangisi esok yang bagian kemarinnya
muncul sebuah telunjuk menyuruhnya lihat ke puri
yang terus berdiri walau dipukul gelombang
di laut menuju tanah tepi bekas Batavia
"Maukah kau mengulangi tinggal di dalamnya
tempat orang-orang memelihara geram dan kesumat?"
suara perempuan-apakah Pertiwi-lahirkan gairah
ia berhenti berharap menemukan perhentian.

Di itu puri tinggal merpati berekor-ekor
bersayap emas berparuh emas berkaki emas
terbang sampai di lingkar bimasakti
tapi senang diam di etalase
ia tangkap merpati-merpati
dan berubah jadi satu merpati
Mati mimpinya membangun rumah di atas harkat
dan telunjuk yang pernah menyuruh memilih
kini menuding-nuding jidat dan matanya
"Upah dosa adalah maut," suara itu.

Ia menjerit meraung gaung berkilo-kilo siapa peduli
Tiada air mata bagi seorang bocah bedebah-hatta!


Analisis Puisi:
Puisi "Tiada Air Mata bagi Seorang Bedebah" karya Remy Sylado menghadirkan dunia sastra yang penuh dengan metafora dan gambaran yang kuat. Puisi ini membawa pembaca masuk ke dalam perenungan mendalam tentang impian, kekecewaan, dan realitas kehidupan.

Struktur dan Gaya Bahasa: Puisi ini ditulis dalam bentuk bebas dengan penggunaan bahasa yang kaya akan metafora dan simbol. Struktur puisi ini terdiri dari beberapa bait yang membentuk gambaran tentang perjalanan seorang individu dalam mencari makna hidup. Penggunaan bahasa yang kuat dan gambaran yang jelas menciptakan suasana yang mendalam.

Metafora Rumah sebagai Harkat Impian: Pada bait pertama, penggunaan metafora rumah yang dibangun di atas harkat impian menggambarkan ambisi dan tujuan hidup seseorang. Rumah tersebut menjadi simbol dari struktur harapan dan cita-cita yang tinggi.

Dendam, Harap, dan Rindu: Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional dengan menceritakan bertiang dendam, berlantai harap, dan berjendela rindu. Ini menciptakan lapisan emosional yang kompleks, menyoroti konflik internal dan perasaan yang saling bertentangan dalam kehidupan individu.

Telunjuk yang Menyuruh: Telunjuk yang menyuruh untuk melihat ke puri menjadi representasi panggilan hati atau petunjuk hidup. Namun, keputusan untuk tidak mengulangi tinggal di dalamnya menggambarkan keputusan sulit yang harus diambil dalam perjalanan hidup.

Merpati sebagai Simbol Kebebasan: Merpati dengan sayap, paruh, dan kaki berwarna emas menciptakan gambaran tentang kebebasan dan kemuliaan. Namun, keputusan merpati untuk diam di etalase menciptakan ironi, mencerminkan keterbatasan dan keterikatan dalam mencapai kebebasan sejati.

Perkembangan Karakter dan Kehidupan Pribadi: Puisi ini menggambarkan perubahan karakter dari membangun rumah impian hingga menerima kenyataan yang keras. Proses ini mencerminkan perjalanan kehidupan, di mana impian dan ekspektasi dapat mengalami perubahan drastis.

Tiada Air Mata bagi Seorang Bedebah: Penutup puisi menyoroti kesedihan dan keputusasaan seorang bocah bedebah yang tidak memiliki air mata. Hal ini dapat diartikan sebagai kehilangan kemampuan untuk merasakan atau meresapi kepedihan, mungkin sebagai bentuk perlindungan diri atau pengalaman kehidupan yang sulit.

Puisi "Tiada Air Mata bagi Seorang Bedebah" menghadirkan perenungan mendalam tentang perjalanan kehidupan, impian, dan realitas. Dengan menggunakan bahasa yang kaya akan metafora dan simbol, Remy Sylado mengajak pembaca untuk merenung tentang arti hidup dan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Puisi ini berhasil menciptakan gambaran yang kuat dan penuh makna, menjadikannya karya sastra yang mendalam dan menggugah pikiran.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Tiada Air Mata bagi Seorang Bedebah
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.