Aku Senantiasa Menyeru
Aku senantiasa menyeru tanpa jemu ketika sawah-sawah
rekah dan bumi tengadah memeram wajah-wajah
gelisah petani yang menggigil. aku
senantiasa tiada lelah memapah jiwa-jiwa resah
menuju lembah-lembah yang dibanjiri darah. aku
terus melangkah mengucurkan darah ketika penyair
kehilangan kata-kata karena bahasa telah pecah
berdarah-darah
Maka aku senantiasa menyeru jiwa-jiwa batu
agar selalu ingat keringat rakyat yang dengan
tangan-tangan penuh lumpur mengaduk-aduk nasib
mengolah masa depan yang suram
aku senantiasa menyeru kamu yang dengan kejam
memakan insan-insan malang
Aku senantiasa menyeru kamu yang tanpa ragu
memangsa sesama yang begitu menderita
senantiasa menyeru kamu yang tanpa perasaan
memakan masa depan demi memuaskan
nafsu-nafsu menggebu.
Malang, 1996
Puisi: Aku Senantiasa Menyeru
Karya: Dimas Arika Mihardja