Puisi: Danau Toba (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Danau Toba" karya Sitor Situmorang menggambarkan rindu terhadap kehidupan dan kenangan masa kecil di sekitar Danau Toba di Sumatra Utara.
Danau Toba

Aku rindu pada bahagia anak,
Yang menunggu bapaknya pulang,
Dari gunung membawa puput,
Sepotong bambu tumbuh di paya-paya.

Pada perahu tiba-tiba muncul sore,
Dari balik tanjung di teluk danau,
Membawa Ibu dari pekan,
Dengan oleh-oleh kue beras 
bergula merah.

Aku rindu pada malam berbulan,
Kala si tua dan si anak mandi 
sinar purnama,
Berkaca di permukaan danau biru -
Sebelum air mengelucak di musim kemarau

Aku rindu pada bunyi seruling gembala,
Bergema di bukit memenuhi lembah,
Pada permainan di gua-gua batu 
penuh lebah,
Kala api panen mengusik hewan 
di tengah sawah.

Aku rindu. Aku rindu pada tebing 
hijau,
Tempat ikan emas bercengkerama,
Di antara lumut menggeliat bening,
Seperti taman zambrut dalam impian.

Aku rindu pada batu-batu besar dan hitam,
Muntahan lahar dari perut bumi,
Pada pemandangan tua ribuan tahun,
Si gembala domba, termenung 
di atas batu.

Aku rindu bau-bau di musim 
panen,
Gelak si tani purba membakar jerami,
Rindu pada si nelayan pulang dari 
danau,
Menyandang pukat dan ikan di sore hari.

Aku rindu pada suara kakak,
Memanggil aku pulang makan,
Rindu pada resah bambu di benteng 
kampung,
Melambaikan daunnya pada 
angin gunung.

Aku rindu pada adikku, yang rindu padaku,
Aku rindu bunyi palu tukang perahu
Aku rindu lenguh sapi, pada bau 
kerbau,
Aku rindu, rindu suara Ibu,
terkubur di pinggir danau.

Aku rindu lonceng gereja bertalu-talu,
Rindu gemanya merayap-rayap 
di udara,
Menyongsong malam, mengumumkan satu-satu 
Kematian,
Merayakan Perkawinan - serta Kelahiran,
Pada malam Natal, kisah tiga Raja 
dari Timur,
Datang menghormati Anak Manusia,
di sana, di tepi Danau Toba, kelahiranku.


Analisis Puisi:
Puisi "Danau Toba" karya Sitor Situmorang adalah sebuah karya yang menggambarkan rindu terhadap kehidupan dan kenangan masa kecil di sekitar Danau Toba di Sumatra Utara, Indonesia. Puisi ini menciptakan gambaran indah tentang alam, tradisi, dan kehidupan sehari-hari di daerah tersebut.

Rindu Terhadap Masa Kecil: Puisi ini menciptakan perasaan rindu yang kuat terhadap masa kecil dan pengalaman yang dijalani di sekitar Danau Toba. Penyair merindukan momen-momen kebahagiaan, seperti menunggu kedatangan orang tua, bermain dengan teman-teman, dan merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan.

Potret Alam yang Indah: Puisi ini memberikan gambaran yang indah tentang alam sekitar Danau Toba. Penyair menggambarkan keindahan danau, gunung, hutan, dan sungai dengan kata-kata yang penuh warna dan imaji. Ini menciptakan suasana alam yang damai dan mempesona.

Tradisi Lokal dan Kebudayaan: Puisi ini merujuk pada berbagai elemen budaya dan tradisi lokal, seperti perayaan panen, nelayan pulang dari danau, dan bunyi lonceng gereja. Ini mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berakar kuat dalam budaya dan adat istiadat mereka.

Rindu Terhadap Keluarga: Penyair merindukan keluarga dan hubungan dengan saudara-saudaranya. Ia merindukan momen-momen seperti panggilan untuk makan, kerja keras tukang perahu, dan bau-bau khas pedesaan yang menjadi bagian dari kenangan keluarganya.

Simbolisme Natal: Puisi ini menciptakan kiasan Natal yang kuat dengan menyebutkan tentang lonceng gereja, kisah tiga Raja dari Timur, dan kelahiran sang penyair sendiri. Simbolisme Natal menghadirkan makna lebih dalam tentang kelahiran, harapan, dan pengenangan terhadap momen bersejarah dalam kehidupan seseorang.

Puisi "Danau Toba" adalah sebuah karya yang sarat dengan perasaan rindu, nostalgia, dan penghargaan terhadap kehidupan di sekitar Danau Toba. Penyair berhasil menggambarkan keindahan alam, tradisi budaya, dan hubungan keluarga dengan kata-kata yang penuh warna dan emosi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pentingnya kenangan dan nilai-nilai dalam kehidupan.

Puisi: Danau Toba
Puisi: Danau Toba
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara, pada tanggal 2 Oktober 1923.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia di Apeldoorn, Belanda, pada tanggal 21 Desember 2014 (pada usia 91 tahun).
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.