Puisi: Dari Dua Dunia Belum Sudah (Karya Rivai Apin)

Puisi "Dari Dua Dunia Belum Sudah" karya Rivai Apin menghadirkan pengalaman dan perasaan narator di tengah-tengah peristiwa penting dalam konteks ....
Dari Dua Dunia Belum Sudah

Pagi ini aku dengar beritanya,
Aku ke jalan
Orang-orang jualan dan hendak pergi kerja menepi-nepi
Oto-oto kencang, berat dengan serdadu-serdadu dan tank-tank
                        tak dapat digolakkan
Ada yang meronda, berdua-dua dan bersenjata
Di antaranya ruang lapan-lapan, tapi ada isi!
Semua beku padu:
manusia benda udara, tapi memperlihatkan harga

Aku pergi ke teman-teman berbicara, isi mengendap ke kelam
Berita: Jogja sudah jatuh, Maguwo...  Karno tertangkap
Hatta, Sjahrir ...
....
Kami berbicara, menimbang dan melihat kemungkinan
Semua dari satu kata dan  untuk satu kata.

Senja itu aku pulang, sarat dengan berita dan kemungkinan.
Di rumahku aku disambut oleh keakuanku yang belum sudah:
buku yang terbuka, yang belum dibaca dan buku yang harus
aku sudahkan,
Tapi untuk ini aku sudah tinggalkan Bapa dan Abang
Dan baru pula teringat ini hari baru satu kali makan.
– yang periuknya selalu terbuka – Dan aku sudahkan
keakuanku
di dalam ruang kuburan yang digalikan oleh nyala pelita di
dalam kegelapan.

Tapi malam ini menghentam, sepatu lares pada dinding
kegelapan yang tebal
Dan ketika mereka telah pergi terdengar ratap perempuan,
bininya atau ibunya.
Padaku tak usah lagi diceritakan, bahwa ada yang dibawa
Aku hanya bisa menekankan kepala pada papan meja,
Buncah oleh itu kata yang belum punya bumi tapi telah mengejar
                        pula ke dalam dunia yang belum sudah.

Sumber: Tiga Menguak Takdir (1950)

Analisis Puisi:
Puisi "Dari Dua Dunia Belum Sudah" karya Rivai Apin menghadirkan pengalaman dan perasaan narator di tengah-tengah peristiwa penting dalam konteks sejarah Indonesia. Puisi ini menggambarkan ketegangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan narator di saat-saat yang penuh gejolak. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang tajam, puisi ini mengajak pembaca untuk merasakan ketidakpastian dan perubahan drastis yang dialami oleh narator.

Gambaran Pagi yang Berbeda: Puisi dimulai dengan gambaran pagi yang berbeda dari biasanya. Orang-orang sibuk dengan aktivitas sehari-hari, tetapi ada elemen yang menciptakan rasa aneh, seperti keberadaan serdadu-serdadu dan tank-tank di jalanan. Hal ini menciptakan atmosfer tegang dan misterius yang seolah-olah sesuatu yang besar dan berubah sedang terjadi di balik layar.

Peristiwa Bersejarah: Dalam puisi ini, narator menyebutkan beberapa nama tokoh bersejarah seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir, serta peristiwa seperti jatuhnya Jogja dan penangkapan mereka. Ini menciptakan latar belakang sejarah yang menjadi latar konteks puisi, mengungkapkan peristiwa-peristiwa dramatis yang sedang terjadi pada saat itu.

Ketidakpastian dan Kecemasan: Puisi ini mengekspresikan rasa ketidakpastian dan kecemasan yang dirasakan oleh narator. Dia berbicara dengan teman-temannya, mencoba untuk mengerti situasi dan merenungkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Ketidakpastian ini tercermin dalam perbincangan mereka yang penuh dengan pertanyaan dan merenung.

Dualitas dan Konflik: Judul puisi, "Dari Dua Dunia Belum Sudah," menggambarkan dualitas dan konflik yang ada dalam realitas narator. Dia hidup di antara dua dunia yang berbeda, yaitu dunia yang sudah terjadi (sejarah) dan dunia yang masih harus datang (kemungkinan). Konflik antara kedua dunia ini menciptakan rasa ketidakstabilan dan kebingungan.

Kesendirian dan Pemberontakan: Narator merasakan kesendirian dan perasaan tidak dapat berbuat banyak di tengah situasi yang rumit ini. Dia menyatakan bahwa dia meninggalkan keluarganya dan merenung dalam kesendirian, merasa terisolasi dari dunia di sekitarnya. Namun, dalam gambaran malam yang menghentam, narator merespons dengan tindakan pemberontakan dengan menendang sepatunya ke dinding.

Perubahan yang Tak Terhindarkan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang perubahan yang tak terhindarkan dan terkadang menakutkan. Peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah menciptakan gelombang perubahan yang mempengaruhi kehidupan individu. Narator mengungkapkan bahwa perubahan itu datang tanpa ampun, mengubah dunia dan orang-orang di dalamnya.

Puisi "Dari Dua Dunia Belum Sudah" menggambarkan perasaan ketidakpastian, kecemasan, dan perubahan yang dialami oleh narator di tengah peristiwa-peristiwa bersejarah yang penting. Melalui bahasa yang kuat dan imaji yang tajam, puisi ini merangkum kondisi sosial dan emosional yang rumit dalam konteks sejarah Indonesia.


Rivai Apin
Puisi: Dari Dua Dunia Belum Sudah
Karya: Rivai Apin

Biodata Rivai Apin:
  • Rivai Apin adalah salah satu Sastrawan Angkatan '45.
  • Rivai Apin lahir pada tanggal 30 Agustus 1927 di Padang Panjang, Sumatra Barat.
  • Rivai Apin meninggal dunia pada bulan April, 1995 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.