Puisi: Desa Ibuku (Karya Remy Sylado)

Puisi "Desa Ibuku" karya Remy Sylado menciptakan gambaran desa yang kaya namun juga menunjukkan ketidaksesuaian individu di dalamnya.
Desa Ibuku

Desa ibuku — tanah gembur jurang
cengkeh kelapa nira tumbuh terbiar
terik kendati matari ditutup sombar
malam dingin kulit bagai disayat
nyanyian masambo memuji opo-opo
anak-anak tidak ambil bagian.

Aku orang asing — di desa ibuku
ingin bergembira bersama, ketawa
tak tahu cara memulai basa-basi
hanya dalam kesedihan jika menangis
atau dalam mesti berkata tentang salib
mungkin aku tidak terlalu asing.

Desa ibuku — orang memajang salib
sambil hidup dalam kesinambungan opo-opo.

Sumber: Kerygma & Martyria (2004)

Analisis Puisi:
Puisi "Desa Ibuku" karya Remy Sylado menggambarkan keadaan desa yang kaya akan budaya dan alamnya yang subur, namun juga menyoroti ketidaksesuaian atau ketidakcocokan seorang individu, yang mungkin merasa asing atau tidak dapat meresapi kehidupan dan nilai-nilai masyarakat di desa tersebut.

Gambaran Desa yang Kaya: Puisi ini membuka dengan gambaran desa yang subur dan gembur, di mana tanaman cengkeh, kelapa, dan nira tumbuh tanpa terkendala. Deskripsi ini memberikan kesan tentang kekayaan alam dan budaya yang dimiliki desa ibu penyair.

Kondisi Sosial dan Budaya: Meskipun keadaan desa terlihat makmur, puisi mengungkapkan kekakuan sosial dan budaya. Nyanyian masambo yang memuji opo-opo, serta anak-anak yang tidak ambil bagian, menciptakan gambaran masyarakat yang mungkin kurang terbuka terhadap perubahan atau kehadiran hal baru.

Keasingan Individu: Penyair mengungkapkan perasaannya sebagai orang asing di desa ibunya. Meskipun ia ingin bergembira dan tertawa bersama, kesulitan untuk memulai basa-basi muncul. Keasingan ini menyoroti perbedaan antara gaya hidup di desa dengan kehidupan yang mungkin lebih urban atau modern yang dialaminya.

Kekurangan Keterlibatan: Pernyataan bahwa anak-anak tidak ambil bagian menunjukkan kurangnya keterlibatan generasi muda dalam tradisi atau kegiatan desa. Ini bisa mencerminkan tantangan dalam mentransfer nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Simbol Salib: Simbol salib muncul di akhir puisi, menyoroti dimensi keagamaan dalam kehidupan desa. Salib sering kali menjadi simbol iman dan kepercayaan, dan penyair mungkin merenungkan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang tetap ada di tengah-tengah desa meskipun adanya perubahan.

Bahasa dan Gaya Penulisan: Pemilihan kata yang sederhana dan penggunaan bahasa yang mudah dipahami menciptakan suasana keakraban dengan pembaca. Gaya penulisan yang lugas membantu menyampaikan pesan puisi dengan jelas dan tegas.

Puisi "Desa Ibuku" karya Remy Sylado menciptakan gambaran desa yang kaya namun juga menunjukkan ketidaksesuaian individu di dalamnya. Dengan menyentuh tema kebudayaan, sosial, dan agama, puisi ini memberikan ruang bagi pembaca untuk merenungkan kompleksitas kehidupan desa dan peran individu di dalamnya.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Desa Ibuku
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.