Puisi: Duka (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Duka" karya Sitor Situmorang menggambarkan perenungan mendalam tentang konsep dan realitas kehidupan yang penuh dengan duka dan kehilangan.
Duka
(kepada Chairil Anwar)

Manakah lebih sedih?
Nenek terhuyung tersenyum
Jelma sepi abadi
Takkan bertukar rupa

Atau petualang muda sendiri?
gapaian rindu tersia-sia
tak sanggup hidup rukun
antara anak minta ditayang.

Sekali akan tiba juga
takkan ada gerbang membuka
hanya jalan merentang
sungguh sayang cinta sia-sia.

Manakah lebih sedih?
Nenek terhuyung tersenyum
Atau petualang mati muda
Mengumur duka telah dinujum.


Analisis Puisi:
Puisi "Duka" karya Sitor Situmorang menggambarkan perenungan mendalam tentang konsep dan realitas kehidupan yang penuh dengan duka dan kehilangan. Melalui pembandingan antara dua tokoh, nenek yang sekarat dan petualang muda yang merenungkan arti hidup, penyair menyampaikan perenungan tentang kehidupan yang kadang-kadang tak terhindarkan dari kesedihan.

Pilihan Karakter: Puisi ini mempertemukan dua karakter berbeda: nenek yang sekarat dan petualang muda. Nenek digambarkan dalam kondisi fisik yang rapuh, tetapi memiliki senyum yang menyiratkan penerimaan akan keadaan dan waktu yang telah berlalu. Sementara itu, petualang muda digambarkan sebagai seseorang yang merenungkan arti hidupnya dan mungkin merasa kehilangan dan bingung dalam perjalanannya.

Pilihan Hidup: Dalam pembandingan ini, penyair bertanya tentang mana yang lebih sedih di antara dua pilihan hidup tersebut. Nenek yang sekarat mungkin telah melalui banyak perjuangan dan kesulitan dalam hidupnya, namun ia mampu menerima kenyataan dengan senyumnya. Di sisi lain, petualang muda terlihat seperti tenggelam dalam perenungannya, merasa sia-sia dan tak tahu arah.

Penerimaan Terhadap Duka: Puisi ini menggambarkan bahwa duka adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Nenek yang sekarat menunjukkan penerimaan dan keseimbangan dalam menghadapi duka dan kesulitan. Di lain pihak, petualang muda tampaknya lebih terhanyut dalam perenungannya, mengejar makna hidup yang mungkin sulit ditemukan.

Refleksi Makna Hidup: Puisi ini mendorong pembaca untuk merenungkan arti dan makna hidup. Penyair menyajikan dua sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan duka dan tantangan. Baik nenek yang penuh dengan pengalaman maupun petualang muda yang mencari arah hidup, keduanya menghadapi pertanyaan yang sama mengenai esensi kehidupan.

Pemahaman tentang Kematian: Puisi ini juga membawa tema kematian dengan penyebutan petualang muda yang "mati muda." Kematian dipandang sebagai akhir dari perjalanan hidup, dan pembandingan ini mempertanyakan kebermaknaan dari masing-masing pilihan hidup.

Puisi "Duka" karya Sitor Situmorang adalah sebuah puisi reflektif yang membandingkan pilihan hidup antara nenek yang sekarat dengan petualang muda. Melalui perenungan ini, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan arti hidup, penerimaan terhadap duka, dan bagaimana berdamai dengan tantangan kehidupan. Puisi ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang kebermaknaan hidup dan bagaimana kita menghadapi perjalanan hidup yang penuh dengan duka dan ketidakpastian.

Puisi Sitor Situmorang
Puisi: Duka
Karya: Sitor Situmorang
© Sepenuhnya. All rights reserved.