Puisi: Elegi (Karya Rivai Apin)

Puisi "Elegi" karya Rivai Apin menggambarkan perasaan yang mendalam dan perjuangan untuk mengatasi kehilangan.
Elegi


Apa yang bisa kami rasakan, tapi tak usah kami ucapkan
Apa yang bisa kami pikirkan, tapi tak usah kami katakan
Janganlah kau bersedih – dan mari kami lanjutkan
Kami bawa ini kebenaran ke bintangnya dan ke buminya.

Kami pun tahu, karena ada satu kata dari kau yang kami simpan
Satu pandang dari tanah retak menggersang, lalu sedu menyesak dada

Ah, kenangan padamu akan terus memburu,
menakutkan seperti bayang di pondok seloyongan, bila pelita 
telah dipasang
Tapi penuh kasih seperti Bapa yang mengulurkan tangan
Dan kau kembali, seperti di hari-hari dulu ketika kau dan ini 
bumi masih mendegupkan hidup.

Kami tak kan lupakan kau, ketika memburu dan ketika lari
– karena apa yang kami buru dan apa yang kami lari
untuk itu kau mau serahkan nyawa
Dan kami yang menimbang jasamu
Pun tahu, seperti kau pun tahu, bahwa tak ada Dewa atau Tuhan lain lagi yang berharga untuk dihidupi selain itu

Berhembusan topan di padang tandus ini
Tapi tapak kami yang tertanam di padang gersang, di mana kau 
dalam terkubur
Melanjutkan nyala, dan kami yang tegak berdiri di sini ialah api
Kita tahankan hidup di ini malam, malam yang akan melahirkan siang

Kita adalah anak-anak dari satu Bapa
Kita adalah anak-anak dari satu Ibu
Dan mati kita hanyalah soal waktu
Tapi kita semua mempertahankan satu Tuhan.

Adik yang akan datang. Kakak yang telah pergi
Kita angkutlah tanah-tanah yang retak, ini tanah-tanah yang gersang.
Keberatan beban, kesakitan bahu memikul, dan kepahitan hati 
akan kekalahan
Akan menyaratkan cinta pada kepercayaan yang kita peluk.


Sumber: Tiga Menguak Takdir (1950)

Analisis Puisi:
Puisi "Elegi" karya Rivai Apin adalah ungkapan rasa kehilangan dan penghormatan terhadap seseorang yang telah pergi.

Tema Sentral: Tema sentral dalam puisi ini adalah kehilangan dan penghargaan terhadap seseorang yang telah meninggal. Puisi ini menciptakan gambaran tentang perasaan kehilangan yang mendalam dan upaya untuk menghormati kenangan orang yang telah pergi.

Perasaan yang Dalam dan Tidak Terucapkan: Puisi ini menggambarkan perasaan yang sangat dalam dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Penyair menyatakan, "Apa yang bisa kami rasakan, tapi tak usah kami ucapkan," menggambarkan betapa sulitnya mengungkapkan perasaan dalam kata-kata.

Penghargaan terhadap Kenangan: Puisi ini menggambarkan penghargaan yang mendalam terhadap kenangan orang yang telah meninggal. Penyair menggambarkan bahwa kenangan akan terus menghantui, tetapi juga akan penuh kasih seperti figur ayah yang mengulurkan tangan.

Pesan tentang Persatuan dan Kekuatan Bersama: Pesan yang kuat dalam puisi ini adalah persatuan dan kekuatan yang diperoleh dari bersama-sama mengatasi kesulitan dan kehilangan. Penyair menggambarkan bahwa mereka adalah anak-anak dari satu Bapa dan satu Ibu, dan bahwa mereka semua mempertahankan satu Tuhan. Ini menunjukkan pentingnya bersatu dalam menghadapi tantangan dan kesulitan.

Bahasa yang Kuat dan Simbolisme: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dalam puisi ini untuk menyampaikan perasaan yang mendalam. Ada penggunaan simbolisme, seperti "tanah-tanah yang retak" yang mewakili kehidupan yang penuh dengan kesulitan. Tapak yang tertanam di padang gersang menggambarkan keteguhan dan keberlanjutan.

Puisi "Elegi" adalah ungkapan kehilangan dan penghormatan terhadap seseorang yang telah meninggal. Ini adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan yang mendalam dan perjuangan untuk mengatasi kehilangan. Pesan utamanya adalah tentang persatuan, kekuatan bersama, dan penghargaan terhadap kenangan yang berharga.

Rivai Apin
Puisi: Elegi
Karya: Rivai Apin

Biodata Rivai Apin:
  • Rivai Apin adalah salah satu Sastrawan Angkatan '45.
  • Rivai Apin lahir pada tanggal 30 Agustus 1927 di Padang Panjang, Sumatra Barat.
  • Rivai Apin meninggal dunia pada bulan April, 1995 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.