Puisi: Mengenang Pantai Meulaboh Dilanda Tsunami (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Mengenang Pantai Meulaboh Dilanda Tsunami" karya Sitor Situmorang menggambarkan gambaran tragis tentang dampak bencana alam yang melanda ....
Mengenang Pantai Meulaboh Dilanda Tsunami

Seperti ledakan bencana alam purba
Tsunami itu tak disangka bangkit mengguncang
Seantero air samudra raya jadi luapan maha-dahsyat
Menyebar dari sebuah titik
Di dasar laut sebelah barat
Pesisir ujung utara Sumatra.

Mendengar dan melihat gambar beritanya
Bagaimana sisik laut itu bangkit menerpa
Seluruh garis pantai Meulaboh.

Nama Meulaboh di kalbu terdalam
Membangkit kenangan masa kanakku
Saat-saat aku dihidupi angin lautnya
Dibesarkan dalam nyanyian dan setiakawan
dibuai irama kehidupan
Desa-desa nelayannya.

Kini luluh-lantak berserakan sejauh mata memandang
Tinggal reruntuhan rumah batang nyiur patah berserakan
Serupa mimpi manusia damai di tengah alam-raya
Kini yatim dan piatu kehilangan para kekasih ditelan
Air bah seperti di hari kiamat

Di jagat kenanganku
Pernah ramai gelak bercengkerama dengan sesama
Dan setia bergaul dengan irama angin Samudera
Kini sepi

Selang gelora Tsunami...
Di dalam pelukan alam-raya Nusantara
Dan Samudera nelayannya.

Apeldoorn, Netherlands7 Januari 2005

Analisis Puisi:

Puisi "Mengenang Pantai Meulaboh Dilanda Tsunami" karya Sitor Situmorang menggambarkan gambaran tragis tentang dampak bencana alam yang melanda Pantai Meulaboh, terutama Tsunami yang menghancurkan segalanya. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang mendalam, Sitor Situmorang mengajak pembaca untuk merenungkan kehancuran dan kenangan yang terkait dengan tempat tersebut.

Gambaran Bencana Alam: Puisi ini menggambarkan Tsunami sebagai "ledakan bencana alam purba" yang mengguncang dengan kekuatan maha-dahsyatnya. Deskripsi tentang Tsunami yang tak terduga dan merusak dari titik di dasar laut hingga ke pesisir Meulaboh menggambarkan betapa dahsyatnya kejadian tersebut.

Kenangan Masa Kecil dan Kehidupan di Meulaboh: Penyair merenungkan kenangan masa kecilnya di Meulaboh, yang dihidupi oleh angin laut, nyanyian, dan kehidupan desa nelayan. Dia menciptakan gambaran yang indah tentang kehidupan yang ramai dan damai di tepi pantai sebelum kehancuran Tsunami.

Kontras Antara Masa Lalu dan Masa Kini: Puisi ini menyoroti kontras yang tajam antara masa lalu yang penuh dengan kehidupan dan keceriaan, dengan masa kini yang penuh dengan kehancuran dan kesepian. Bangunan yang luluh-lantak dan desa nelayan yang hilang menciptakan gambaran yang menyedihkan tentang kerugian besar yang diderita oleh masyarakat setempat.

Penghormatan pada Alam dan Nelayan: Penyair menunjukkan penghormatan pada alam dan nelayan, menggambarkan mereka sebagai bagian yang tak terpisahkan dari alam dan Samudera yang dahsyat. Tsunami, bagaimanapun, telah merampas kehidupan dan kebahagiaan dari mereka, meninggalkan kesedihan dan kekosongan.

Konklusi tentang Kegelapan dan Kesepian: Puisi ini menyimpulkan dengan menyoroti kesepian dan kehampaan yang menggantikan kehidupan yang dulu ramai dan bersemangat. Penyair menggambarkan suasana sepi dan gelap yang menyelimuti Pantai Meulaboh setelah Tsunami, meninggalkan kenangan yang menyakitkan dan kesunyian yang menyedihkan.

Dengan demikian, melalui penggambaran yang kuat dan mendalam, Sitor Situmorang berhasil menyampaikan pesan tentang kehancuran, kehilangan, dan kesepian yang diakibatkan oleh bencana alam, serta penghormatan pada kenangan dan kehidupan yang hilang.

Puisi Sitor Situmorang
Puisi: Mengenang Pantai Meulaboh Dilanda Tsunami
Karya: Sitor Situmorang
© Sepenuhnya. All rights reserved.