Puisi: Orang Boyongan (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Orang Boyongan" karya Sitor Situmorang merupakan pengamatan dan refleksi yang mendalam terhadap kondisi masyarakat yang berpindah dari ....
Orang Boyongan

Dihalau kemiskinan gunung
Hujan gunung
Turun ke daratan
Orang boyongan
Ingin kerja dan makan.

Manusia lumpur
Tangan berlumur
Tinggalkan kampung
Jadi boyongan
Mau tanah dan penghidupan.

Bukan makmur
Hanya ladang subur
Tempat benih
Dalam jerih
Tumbuhnya pengharapan
Dan arti kehidupan
Berumah dan berhalaman.

Orang boyongan
(tak punya tanah
Di bumi Allah)
Ingin kerja dan makan.


Analisis Puisi:
Puisi "Orang Boyongan" karya Sitor Situmorang merupakan pengamatan dan refleksi yang mendalam terhadap kondisi masyarakat yang berpindah dari daerah pegunungan ke daerah dataran rendah, mencari kehidupan yang lebih baik. Puisi ini mencerminkan ketidaksetaraan sosial, kebutuhan akan pekerjaan, dan aspirasi hidup yang mendasar.

Gambaran Kemiskinan dan Keinginan untuk Berkarya: Puisi ini menggambarkan kemiskinan yang melanda di daerah pegunungan, yang disimbolkan oleh hujan gunung yang turun ke daratan. Orang-orang dari daerah tersebut, yang disebut sebagai "orang boyongan," memutuskan untuk meninggalkan tempat asal mereka dengan harapan menemukan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik di daerah dataran rendah. Hujan gunung di sini mungkin juga melambangkan keberlimpahan yang terkandung di daerah pegunungan, tetapi kesulitan mengakses sumber daya tersebut.

Lumpur dan Boyongan sebagai Metafora: Penggunaan istilah "manusia lumpur" dan "orang boyongan" bukan hanya deskripsi fisik, tetapi juga memiliki makna metaforis. Manusia lumpur dapat diartikan sebagai orang-orang yang hidup dalam kondisi yang keras dan keras, sementara orang boyongan adalah mereka yang melakukan perpindahan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Dengan merinci tangan yang berlumur, penyair menciptakan gambaran fisik dari perjuangan dan kerja keras.

Kondisi Tanah dan Penghidupan: Puisi menyampaikan bahwa "bukan makmur, hanya ladang subur." Ini menggambarkan bahwa orang boyongan tidak mencari kehidupan yang mewah, tetapi lebih kepada kesuburan tanah yang dapat memberikan tempat untuk menanam dan mencari nafkah. Tempat tersebut menjadi tempat benih harapan, di mana orang boyongan berusaha tumbuh dan mencari arti kehidupan melalui kerja keras.

Penggambaran Orang Boyongan sebagai Pencari Kerja: Penggunaan istilah "orang boyongan" memberikan nuansa pekerjaan berpindah dan mencari rezeki. Mereka dijelaskan sebagai orang yang "tak punya tanah di bumi Allah," menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk memiliki tanah tetap dan terkait dengan pemindahan mereka dari tempat asal.

Harapan dan Kehidupan yang Bermakna: Penyair menciptakan suasana optimisme dan harapan melalui kata-kata "tumbuhnya pengharapan dan arti kehidupan." Meskipun mereka tidak memiliki tanah sendiri, orang boyongan tetap memiliki harapan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan menemukan makna dalam perjalanan hidup mereka.

Keinginan untuk Bekerja dan Makan: Penutup puisi menekankan kembali kebutuhan dasar manusia, yaitu pekerjaan dan makanan. Orang boyongan dihadapkan pada keadaan di mana mereka harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan di sini, pekerjaan dan makanan menjadi simbol keberlanjutan dan kehidupan yang layak.

Melalui puisi ini, Sitor Situmorang membawa pembaca ke dalam realitas sosial yang kadang-kadang terabaikan, menyoroti perjuangan orang-orang yang mencari kehidupan yang lebih baik di luar daerah asal mereka. Puisi ini memberikan sudut pandang empatik terhadap orang-orang yang sering kali terpinggirkan, menuntun kita untuk merenung tentang kondisi sosial dan keinginan manusia untuk hidup dengan martabat.

Puisi: Orang Boyongan
Puisi: Orang Boyongan
Karya: Sitor Situmorang
© Sepenuhnya. All rights reserved.