Puisi: Teks tentang Keperkasaan (Karya Remy Sylado)

Puisi "Teks tentang Keperkasaan" menggambarkan berbagai aspek kehidupan yang kuat dan perkasa, meskipun terkadang menghadapi rintangan dan konflik.
Teks tentang Keperkasaan


Apa hidup hanya mengulur maut
dalam ketawa yang dilapis topeng
menghitung malam
menghitung siang
Dan sang waktu tetap perkasa.

Apa cinta menyembunyikan mukjizat api
di balik nyala bukan bara
terbakar
hangus
Dan asap tetap perkasa.

Apa benci, gerbang menuju dasar laut
menyelam dengan nafas gairah
berandai
bermimpi
Dan cita-cita tetap perkasa

Apa pedang dapat menghentikan pikiran
menolak air mata dalam kecup rindu
tersisa di kesadaran
berhenti di keengganan
Dan nurani tetap perkasa.

Apa yang tersembunyi dalam kesadaran
tersesat di dalam kelana
mencari jalan keluar
bersenang di jalan buntu
Dan apa-apa yang tetap perkasa.

Apa Tuhan bukan Tuhan apa
Tuhan siapa bukan siapa Tuhan
langit runtuh apa
bumi tenggelam apa
Tetap perkasa.


Analisis Puisi:
Puisi "Teks tentang Keperkasaan" karya Remy Sylado menghadirkan pertimbangan mengenai konsep keperkasaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk waktu, emosi, cita-cita, pikiran, dan spiritualitas. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hakikat hidup dan elemen-elemen yang terus berjalan dengan keperkasaan mereka masing-masing.

Pemberdayaan Waktu: Puisi ini membuka dengan pertanyaan mengenai hidup yang "mengulur maut." Kata "mengulur maut" menggambarkan perasaan bahwa hidup hanya sebatas memanjangkan waktu menuju akhirnya. Namun, sang waktu digambarkan sebagai entitas yang "tetap perkasa," menunjukkan bahwa meskipun hidup terbatas, waktu terus berjalan dengan kekuatan.

Dualitas Cinta dan Api: Penyair membahas dualitas cinta dan api, menggambarkan cinta sebagai "mukjizat api" yang ada di balik perasaan dan emosi. Namun, cinta juga bisa "terbakar" dan "hangus," tetapi api cinta tetap perkasa, menunjukkan bahwa esensi cinta tetap berada meskipun dalam keadaan yang sulit.

Kekuatan Emosi dan Benci: Puisi ini menggambarkan "benci" sebagai gerbang menuju "dasar laut" emosi yang dalam. Meskipun ada "nafas gairah," benci tetap menjadi kekuatan yang perkasa. Hal ini menggambarkan perasaan yang kuat dan mendalam dalam emosi manusia.

Keabadian Cita-Cita: Cita-cita digambarkan sebagai kekuatan yang tetap perkasa meskipun terbentur rintangan dan kenyataan. Meskipun bisa "bermimpi" dan "bersenang di jalan buntu," cita-cita tetap menjadi pendorong yang perkasa dalam hidup.

Daya Pengaruh Pikiran dan Nurani: Puisi ini menyentuh daya pengaruh pikiran dan nurani manusia. Pikiran dan nurani dihadapkan dengan pertanyaan dan pertentangan. Namun, tetap ada kekuatan dalam mereka yang "tetap perkasa," menunjukkan bahwa meskipun terdapat konflik internal, inti yang kuat tetap ada.

Pertanyaan Spiritual: Di akhir puisi, penyair mengajukan pertanyaan yang merenungkan konsep Tuhan dan kebesaran-Nya. Meskipun langit dan bumi bisa runtuh dan tenggelam, ada kekuatan yang tetap perkasa, merujuk pada keabadian dan kekuasaan Tuhan.

Puisi "Teks tentang Keperkasaan" menggambarkan berbagai aspek kehidupan yang kuat dan perkasa, meskipun terkadang menghadapi rintangan dan konflik. Dalam setiap elemen kehidupan yang disajikan, ada daya tahan, keberanian, dan ketekunan yang tetap eksis. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan kekuatan hakiki yang tetap bertahan dalam segala kondisi.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Teks tentang Keperkasaan
Karya: Remy Sylado
© Sepenuhnya. All rights reserved.